Kapolres Sidrap AKBP Dr Fantry Taherong SH SIK MH Ia tidak menjanjikan hal muluk. Tidak bicara anggaran. Tidak menyebut angka. Ia bicara kebutuhan paling dasar: jalan bisa dilalui.
Fantry juga menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sidrap untuk segera menurunkan alat berat.
“Kami sudah komunikasi dengan Pak Bupati. Insyaallah dalam waktu dekat beliau bersama Dandim 1420 Sidrap akan turun langsung ke lokasi. Kita ingin ini cepat selesai,” ujarnya.
Koordinasi lintas sektor menjadi kunci. Polisi tidak bisa bekerja sendiri. Tapi polisi bisa menjadi penggerak.
AKBP Dr. Fantry Taherong bukan tipe pemimpin yang nyaman di balik meja. Ia lebih sering terlihat di lapangan. Dalam banyak kesempatan, ia memilih hadir langsung di tengah persoalan.
Di Pitu Riase, gaya kepemimpinannya terlihat jelas: memberi contoh, bukan perintah. Ia tidak menyuruh anggota bekerja sementara ia berdiri mengamati. Ia bekerja bersama mereka.
Seorang warga berbisik kepada saya, “Jarang ada pejabat mau turun begini, Pak.”
Kalimat itu tidak diucapkan keras. Tapi cukup untuk menggambarkan rasa terkejut sekaligus harapan.
Di akhir kegiatan, Fantry menyerahkan bantuan kepada warga. Paket sembako. Alat kerja: cangkul, sekop, gerobak dorong. Barang-barang sederhana. Tapi tepat guna.
“Semoga ini bisa membantu. Jangan dilihat dari besar kecilnya. Ini bentuk kepedulian kami,” katanya.
Warga menerima dengan mata berkaca-kaca. Tidak ada tepuk tangan. Tidak ada seremonial. Hanya anggukan dan ucapan terima kasih yang tulus.
Menjelang sore, matahari mulai condong ke barat. Jalan yang tadi tertutup kini sudah bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. Belum sempurna. Tapi cukup untuk membuka isolasi.
Fantry berdiri sejenak, memandang jalan yang baru dibuka. Ia tampak lelah. Tapi puas.
Tidak ada komentar