SPENSA EXPO 2025: 300 Peserta, Rp7 Juta Hadiah, dan Panggung Robotika dari Jantung Digital Sidrap
Sidrap, Katasulsel.com — Di tengah gempuran era digital dan Revolusi Industri 4.0 yang merambah hingga ke sudut-sudut daerah, SMP Negeri 1 Pancarijang, Sidrap, tampil dengan gebrakan yang tidak biasa. Bertajuk SPENSA EXPO 2025, sekolah ini tidak hanya menggelar pameran tahunan, tapi merancangnya sebagai laboratorium masa depan.
Selama dua hari penuh, 3–4 Juni 2025, halaman SMPN 1 Pancarijang menjelma jadi arena inovasi. Anak-anak berseragam, dengan mata berbinar dan tangan sibuk menyusun kode, melipat kabel, menyalakan sensor, menyusun mikroprosesor.
Total 300 peserta dari puluhan SD se-Kecamatan Pancarijang dan sekitarnya ambil bagian dalam gelaran ini. Lomba demi lomba digelar—dari Ranking 1, Desain Grafis, Quizziz, hingga yang paling menyedot perhatian: Merakit Robot Sederhana dan Coding Dasar.
Sorot mata publik—termasuk guru, orang tua, hingga pejabat setempat—jatuh ke satu titik: Pameran Robotika. Anak-anak usia belasan, memperlihatkan ketangkasan mereka mengendalikan sistem berbasis sensorik dan logika terprogram.
“Ini bukan hanya soal lomba. Ini tentang kesiapan mental dan intelektual generasi baru menghadapi digitalisasi. Kita tidak boleh tertinggal,” kata Rahmat Perdana, S.Kom., Kepala SMPN 1 Pancarijang, saat membuka acara.
Rahmat tak sekadar memberi sambutan. Ia juga menjadi arsitek di balik pendekatan “transformasi digital berbasis sekolah” yang kini digulirkan oleh institusinya. Pendekatan ini mengacu pada integrasi pembelajaran STEM—Science, Technology, Engineering, dan Mathematics—ke dalam sistem kurikulum dan ekstrakurikuler.
Lebih dari itu, Expo ini juga mengadopsi prinsip edutainment, kombinasi edukasi dan hiburan. Di sinilah muncul lomba Free Fire, gim daring yang sering diperdebatkan. Tapi oleh SPENSA, Free Fire dijadikan media untuk melatih strategi, komunikasi tim, dan respons berpikir cepat.
Agar kompetisi terasa adil dan memotivasi, panitia menyediakan uang pembinaan sebesar Rp7.000.000, plus voucher gratis kantin senilai jutaan rupiah. Bukan sekadar hadiah, tetapi bentuk apresiasi untuk inovasi.

Data internal panitia mencatat, 65% peserta lomba robot berasal dari kelas 5 dan 6 SD. Sementara 80% peserta lomba coding belum pernah mengenal platform Scratch atau Blockly sebelumnya. Namun, dalam dua hari pelatihan cepat, sebagian besar mampu menyusun instruksi logika dasar: looping, if-then rules, dan sensor triggers.
“Ini luar biasa. Mereka bahkan sudah mulai memahami konsep binary logic di usia 11 tahun,” ujar salah satu juri dari komunitas robotik Sidrap.
Lebih jauh, kegiatan ini juga memperkuat posisi SMPN 1 Pancarijang sebagai model sekolah berbasis digital literasi di Kabupaten Sidrap. Bukan hanya membanggakan, tapi relevan dengan arah kebijakan Kemendikbudristek terkait digitalisasi pendidikan berbasis lokalitas dan kearifan daerah.
SPENSA EXPO bukan hanya panggung. Ia adalah pernyataan. Bahwa pendidikan harus adaptif. Bahwa generasi muda Sidrap tidak boleh jadi penonton di era algoritma. Dan bahwa sebuah SMP negeri di Pancarijang pun bisa menjadi simpul perubahan.
Dengan 300 siswa yang kini tahu cara merakit robot, dengan coding yang sudah mulai mengisi ruang-ruang kelas, Sidrap diam-diam sedang membangun masa depan—dari bawah. Dari anak-anak. Dari kabel, kode, dan semangat yang menyala. (*)
Editor: Harianto
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti