Ratu Nurhilma Thalita Asal Sidrap Bersiap ke Panggung Besar Wonderful Model Indonesia 2025
Tak lama lagi, anak kecil itu akan melangkah di catwalk megah, di ibu kota negara, DKI Jakarta.
Oleh: Edy Basri
Ya. Nama lengkapnya; Ratu Nurhilma Thalita. Umurnya baru belia, 12 tahun, tapi keberaniannya membentang sejauh cakrawala.
Sebentar lagi, akan tampil dalam ajang Wonderful Model Indonesia (WMI) 2025, sebuah panggung seni dan fashion yang tak hanya menampilkan rias dan langkah, tetapi karakter, suara hati, dan jati diri.
Acaranya dipusatkan di Gedung Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, 4 hingga 6 Juli 2025.
Ratu bukan sembarang peserta. Ia datang dari UPT SDN 2 Arawa, Sidrap, Sulawesi Selatan. Dari tanah Bugis yang dikenal teguh dan bersahaja.
Ia bukan hanya datang membawa koper dan kostum. Ia membawa cerita. Ia membawa tekad. Ia membawa nama daerah, ia resfresentasi dengan Sidrap dan Sulawesi Selatan
Ketika ditemui di kediamannya, di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, belum lama ini, Ratu tampak tenang.
Matanya menatap jauh, seakan sudah melihat bayangan panggung Jakarta. Ia bilang, “Saya sudah siap. Bukan cuma untuk lomba, tapi untuk memberikan yang terbaik dari Sidrap.”

Ratu bukan pemula. Ia telah mencicipi panggung sebelumnya, menjadi finalis Ana’dara Malebbi 2025 tingkat Kabupaten Sidrap.
Sebuah ajang etnik yang juga menekankan pesona lokal dan keanggunan kultural. Dari situ, ia paham satu hal: tampil bukan sekadar soal cantik. Tapi tentang bagaimana berdiri tegak di antara gemerlap—tanpa kehilangan akar.
Di ajang WMI 2025 nanti, Ratu akan melewati beberapa tahapan penting. Ada sesi photoshoot dengan busana batik kasual—menampilkan keanggunan sehari-hari dalam balutan motif Nusantara.
Ada sesi penampilan bakat, di mana Ratu memilih Taekwondo sebagai wujud kekuatan dan disiplin. Bukan karena ingin berbeda.
Tapi karena itulah dirinya. Dan tentu, akan ada sesi busana adat modifikasi—perpaduan antara keaslian Bugis dan sentuhan kontemporer panggung.
Dan yang paling ditunggu: Grand Final. Di sana, semua finalis akan tampil dalam gaun malam glamor. Cahaya akan menyala. Kamera akan fokus.
Tapi sesungguhnya, di titik itu, yang dinilai bukan hanya gaunnya. Tapi bagaimana seseorang membawa gaun itu. Menghidupkannya. Mengalirkannya. Seperti air yang tenang tapi kuat.
Tiga hari sebelum malam puncak, seluruh finalis akan digembleng. Ada sesi public speaking, pelatihan runway movement, koreografi panggung, hingga gladi resik.
Di situlah model dibentuk, bukan hanya agar bisa berjalan lurus, tapi agar bisa berbicara lewat tubuh. Inilah yang dikenal dalam dunia modeling sebagai expressive body narrative—narasi tanpa kata, tapi penuh makna.
Semua sudah siap. Kostum disusun, sepatu disemir, koreografi ditata ulang. Di balik layar, ada seorang ibu yang mendampingi dengan setia: Sumiati, ibunda Ratu. “Kami sudah persiapkan segalanya. Fisik, mental, semuanya. Sekarang tinggal berdoa dan berusaha,” ucapnya sambil tersenyum.
Senyum seorang ibu yang tahu, anaknya bukan lagi gadis kecil di halaman rumah. Tapi utusan kecil dari timur Indonesia.
WMI 2025 bukan hanya lomba modeling. Ia adalah panggung besar yang mengangkat warna Indonesia dari sudut-sudut yang selama ini luput dari sorotan. Dan di atas panggung itu, Ratu akan berdiri. Membawa Sidrap. Membawa adatnya. Membawa suaranya. Mungkin pelan, tapi jelas. Mungkin kecil, tapi bergema.
Sebab dalam setiap langkah kecilnya, ada mimpi besar yang disematkan. Bahwa dari kampung, bisa lahir harapan. Dan dari Sidrap, bisa menyala cahaya.(*)
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti