Agam Rinjani, Si Anak Makassar Keciprat Rp 1,5 Miliar Usai Evakuasi Warga Brasil
Makassar, Katasulsel.com — Dari Sembalun, namanya melesat ke São Paulo. Dari jurang Gunung Rinjani, wajahnya muncul di layar-layar ponsel warga Brasil.
Agam Rinjani, pria kelahiran Makassar yang sejak lama tinggal di kaki gunung, bukan tentara, bukan politisi, bukan juga bintang sinetron. Ia hanya seorang porter. Relawan. Orang biasa yang memilih jalur hidup luar biasa: menyelamatkan nyawa di batas langit dan jurang maut.
Tanggal 24 Juni 2025, Agam kembali ke tempat yang paling dikenalnya: jalur pendakian Rinjani. Tapi kali ini ia tak membawa tamu. Ia menuruni medan curam berkabut demi satu misi: mengevakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang jatuh ke jurang sedalam 600 meter.
Tubuh Juliana ditemukan membujur dingin. Tapi kehangatan datang dari sosok Agam yang dengan sabar, pelan, dan penuh hati mengangkatnya naik ke atas. Dalam satu momen, ia menunduk ke kamera, menyeka air mata, dan berkata pelan, “Maaf, saya tidak bisa membawanya pulang hidup-hidup.”
Video itu viral. Tapi lebih dari sekadar viral, dunia menaruh simpati. Tak butuh lembaga internasional, tak perlu pidato resmi. Warga Brasil sendiri yang membuka donasi. Dalam waktu singkat, terkumpul lebih dari Rp 1,5 miliar untuk Agam. Bukan karena diminta. Tapi karena mereka tahu: orang ini layak diberi.
Nama lengkapnya Abdul Haris Agam. Tapi dunia mengenalnya sebagai Agam Rinjani. Ia lahir di Makassar, 22 Desember 1988. Tahun 2011, sebagai mahasiswa antropologi di Universitas Hasanuddin, ia pertama kali mendaki Rinjani. Sejak itu, ia tak pernah benar-benar turun.
Gunung itu memanggilnya terus. Ia pindah ke Sembalun, meninggalkan riuh kota, dan memilih hidup di bawah bayang-bayang Rinjani. Dalam satu wawancara, ia mengaku telah naik gunung itu 574 kali, dan mencapai puncak 352 kali. Kadang tiga kali seminggu. Kadang hanya untuk jalan-jalan sendiri. Rinjani baginya bukan tempat kerja. Tapi rumah.
Dan di rumah itulah, ia jadi pelindung tamu-tamunya. Mulai dari wisatawan, pendaki nekat, hingga korban kecelakaan. Tahun 2022, ia juga mengevakuasi pendaki asal Israel yang jatuh ke jurang sedalam 160 meter. Medan ekstrem tak menghalangi langkahnya. Sebab ia tahu, di atas segala risiko, ada nyawa yang mesti diselamatkan.

Agam tak bicara banyak. Tak berpolitik. Tak mengancam. Ia hanya bekerja. Tapi justru karena itulah dunia mendengarnya.
Aksi diamnya yang menyentuh hati itu menjadi kekuatan. Dunia maya tak menertawakannya, tapi memeluknya. Netizen Brasil menyalurkan rasa terima kasih mereka dengan cara yang paling konkret: donasi. Miliaran rupiah. Untuk satu orang pendaki. Untuk satu evakuasi. Untuk satu pahlawan yang tak minta disebut pahlawan.
Kini, nama Agam Rinjani telah melebihi batas negeri. Tapi ia tetap di jalurnya. Tetap berjalan pelan di tanah yang ia cintai. Dengan semangat yang tak berubah sejak pertama kali ia menginjak tanah Rinjani.
Karena bagi Agam, harga nyawa lebih tinggi dari harga viral. Dan tak semua pahlawan berseragam. Beberapa hanya memakai jaket gunung, membawa tali, dan berhati lapang.(*)
Editor: Edy Basri / Reporter: Harianto