Empat Jurus Mahasiswa Unhas Angkat UMKM Tamangapa Pangkep ke Level Baru

Katasulsel.com
5 Agu 2025 12:52
Pangkep 0 101
3 menit membaca

Pangkep, Katasulsel.com — Di balik jalan-jalan sunyi Desa Tamangapa, geliat ekonomi kecil tumbuh lewat tangan-tangan muda yang datang bukan membawa janji, tapi aksi nyata. Sejumlah mahasiswa Universitas Hasanuddin yang tengah menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa itu, menghadirkan pendekatan baru dalam memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Tanpa sorotan kamera, mereka memulai dari dasar: menata ulang cara pikir para pelaku usaha yang selama ini berjuang dengan naluri dan kebiasaan. Di antara warung kopi dan dapur rumah tangga yang jadi dapur produksi kue, mereka mengenalkan empat jurus sederhana namun berdampak besar: legalitas usaha, eksistensi digital lewat Google Maps, manajemen keuangan, dan sistem pembayaran non-tunai QRIS.

Langkah pertama adalah legalitas. Elma Saafa Lestari, mahasiswa Fakultas Hukum, mengurai kompleksitas perizinan dalam bahasa yang bisa diterima ibu-ibu rumah tangga pelaku usaha. Ia membantu mendaftarkan Nomor Induk Berusaha (NIB), memperkenalkan pentingnya izin PIRT, serta sertifikasi halal dan BPOM. Bukan hanya soal regulasi, tapi penguatan citra usaha di mata konsumen.

Setelah legal, giliran eksistensi digital yang disentuh. Bersama Andi Annisa Harum Mawladri dari Fakultas Teknik, para pelaku usaha diajak mengenal Google Maps bukan sekadar alat navigasi, tapi sebagai etalase digital. Lokasi usaha ditandai, profil usaha disusun, dan Tamangapa perlahan muncul di radar digital—siap dijangkau pelanggan dari dalam maupun luar desa.

Namun pembangunan tak akan bertahan tanpa pondasi finansial yang sehat. Jascha Fatmawaty dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis membawa isu ini ke dapur-dapur UMKM. Ia tak bicara dengan grafik atau rumus, melainkan lewat diskusi sederhana: kenapa uang usaha dan belanja dapur harus dipisahkan? Dialog ini menyentuh nadi permasalahan klasik UMKM—arus kas yang kabur, pencatatan yang hilang, dan keputusan usaha yang sering didasarkan pada intuisi belaka.

Ketika seorang ibu bertanya, “Bagaimana kalau uang jualan satu-satunya yang ada, dan terpaksa dipakai?”—ruangan itu diam sejenak. Lalu dijawab dengan empati dan solusi: jika memang harus diambil, maka catat sebagai utang pribadi kepada usaha. Langkah sederhana ini membuka cara pandang baru: bahwa usaha, sekecil apa pun, harus dihormati dan dikelola layaknya entitas profesional.

Langkah terakhir, namun tak kalah penting, adalah pembiasaan transaksi nontunai. Karin Amari Upa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik memperkenalkan QRIS sebagai sarana pembayaran digital. Ia bukan hanya mengenalkan aplikasi, tapi menanamkan kepercayaan bahwa usaha kecil pun layak menerima pembayaran modern. Para pelaku usaha mulai belajar membuat kode QR mereka sendiri, membiasakan pelanggan untuk scan daripada menukar uang kembalian recehan.

Program terpadu ini bukan sekadar kegiatan KKN yang akan selesai dalam hitungan minggu. Ia adalah fondasi kecil yang bisa memberi arah baru bagi UMKM Tamangapa. Di tangan para mahasiswa ini, desa tidak lagi sekadar menjadi lokasi pengabdian, tapi medan pembuktian bahwa pemberdayaan ekonomi bisa dimulai dari keterlibatan yang nyata dan penuh hormat pada realitas setempat.

Dengan empat jurus sederhana namun tepat sasaran, Tamangapa bukan hanya belajar bertahan—tapi perlahan-lahan bersiap untuk tumbuh. (*)

Editor: Tipue Sultan, Reporter: Syamsul

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )

x
x
x Gabung WhatsApp