Makassar, Katasulsel.com – Suasana akademik di Universitas Negeri Makassar (UNM) terasa berbeda pada Selasa, 9 September 2025. Aula lantai 5 Program Pascasarjana dipenuhi tamu undangan istimewa yang datang menghadiri sidang terbuka promosi doktor Irsan Radjab, A.Md., S.Sos., M.Adm.SDA.
Momentum tersebut tak hanya menandai puncak perjalanan akademik kandidat doktor di bidang Ilmu Administrasi Publik itu, melainkan juga menjadi pertemuan para tokoh lintas profesi. Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin tampak hadir, disusul Wakil Ketua DPRD Sulsel Fausi A. Wawo. Bahkan, musisi nasional sekaligus vokalis grup band Padi, Fadli, turut menyaksikan langsung detik-detik bersejarah sahabatnya tersebut.
Kehadiran mereka menambah bobot simbolik sidang promosi yang memang sarat prestise. Sejumlah sahabat dekat Irsan pun hadir, memberikan dukungan moril yang hangat. Aura akademis berpadu dengan nuansa kekeluargaan, menjadikan ruang sidang lebih hidup dari biasanya.
Dalam disertasi berjudul “Pengaruh Media Sosial dan E-WOM Dimediasi Kepercayaan Publik Terhadap Keputusan Memilih Calon Kepala Daerah Pada Generasi Z di Kota Makassar”, Irsan menyoroti fenomena mutakhir yang tengah mewarnai dinamika politik Indonesia. Penelitiannya dianggap relevan, mengingat generasi Z kini menjadi basis pemilih potensial yang dipengaruhi arus informasi digital.
Sidang terbuka itu dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Karta Jayadi, M.Sn, selaku ketua tim penguji. Didampingi oleh promotor Prof. Dr. Haedar Akib, M.Si, serta kopromotor Prof. Dr. Andi Kasmawati, M.Hum, ujian berlangsung penuh wibawa. Kehadiran penguji eksternal Dr. Muttaqin, M.BA, dan jajaran penguji internal UNM, semakin menegaskan ketatnya proses akademik yang dilalui kandidat doktor.
Puncaknya, Irsan dinyatakan berhasil mempertahankan disertasinya dengan meyakinkan. Tepuk tangan meriah bergema, menandai lahirnya seorang doktor baru di bidang administrasi publik.
Bagi sebagian orang, gelar doktor adalah pencapaian akademik semata. Namun bagi Irsan Radjab, momentum ini lebih dari sekadar prestasi pribadi. Ia menorehkan catatan intelektual yang kelak dapat menjadi rujukan dalam memahami perilaku politik generasi muda.
Makassar pagi itu pun seakan mengabadikan sebuah momen: perjumpaan antara dunia akademik, dunia politik, dan dunia seni dalam satu ruang yang sama, demi memberi hormat pada seorang sahabat, sekaligus seorang doktor baru. (*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar