Kathmandu, Katasulsel.com – Ketegangan politik di Nepal belum juga mereda. Setelah gejolak unjuk rasa besar-besaran melanda ibu kota, perwakilan massa akhirnya duduk bersama dengan kalangan militer pada Rabu (10/9/2025). Pertemuan itu berlangsung di markas besar angkatan bersenjata, Kathmandu, membicarakan sosok yang dapat dipercaya memimpin masa transisi.
Dari sekian nama, satu figur muncul ke permukaan: Sushila Karki. Mantan Ketua Mahkamah Agung yang pernah menjabat pada 2016–2017 itu dipandang layak memegang kendali pemerintahan sementara. Rehan Raj Dangal, salah satu perwakilan pengunjuk rasa, menyatakan langsung kepada militer bahwa Karki menjadi usulan utama mereka.
Gelombang protes yang melatari pertemuan tersebut bermula pada Senin (8/9/2025). Ribuan anak muda turun ke jalan usai pemerintah menutup akses ke 26 platform media sosial. Apa yang semula dimaksudkan sebagai bentuk protes damai, berubah menjadi kerusuhan ketika massa merangsek ke gedung pemerintahan. Aparat bereaksi keras, dan bentrokan pun tak terelakkan.
Situasi yang kian panas membuat Perdana Menteri Khadga Prasad Oli memilih mundur. Namun, mundurnya pemimpin lama bukan berarti ketegangan reda. Rumah-rumah pejabat ikut dibakar, jalan-jalan utama rusak, dan ibu kota terjerumus dalam ketidakpastian.
Data resmi Kementerian Kesehatan Nepal pada Rabu (10/9/2025) menunjukkan setidaknya 25 orang meninggal dunia dan 633 orang terluka akibat gelombang kerusuhan. Angka itu menjadi pengingat betapa mahalnya harga sebuah transisi politik tanpa arah yang jelas.
Kini, harapan sebagian masyarakat Nepal tertuju pada figur seperti Karki, sosok yang dianggap bersih dan independen, untuk mengisi kekosongan kepemimpinan—setidaknya sampai negeri di kaki Himalaya itu kembali menemukan jalannya.(*)
Editor: Tipue Sultan
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar