Sabtu, 13 Sep 2025
Tonton KAT TV

Dibalik “Wisma Berdarah” di Sidrap, Dompet Pelaku Hanya Berisi Tumpukan Kertas

Katasulsel.com
12 Sep 2025 15:18
3 menit membaca

Kasus Wisma Grand Dua Pitue Sidrap ini memang seperti puzzle. Publik hanya melihat potongan besar: ada mayat, ada tersangka. Tapi kepingan kecilnya? Banyak.

Oleh: Edy Basri

MEDIA ini mengungkap beberapa sisi lain yang belum banyak diketahui publik dibalik kasus pembunuhan wanita muda di salah satu Wisma Grand Dua Pitue-Sidrap, Jumat, 5 September 2025.

Sisi pertama: hobi.

Pelaku ternyata memang hobi. Hobi jajan. Bukan pendatang baru. Polisi sudah tanya ke beberapa wanita panggilan di Wajo.

Jawabannya sama. Pernah. Bahkan sering. Satu dari mereka bilang, “Iya, dia pelanggan saya.” Yang lain menambahkan: “Sering. Tapi suka nawar.” Lengkap sudah.

Hobi ini bukan iseng sekali. Sudah jadi pola.

Sisi kedua: sakit hati.

Pelaku mengaku sering dibodohi. Sering dipotong waktunya. Sering ditinggal kabur. Sering juga diminta bayar lebih.

Semua sudah dialaminya, meski bukan korban tersebut wanitanya.

Maka, ketika malam itu korban menolak melanjutkan, dia merasa dibodohi. Merasa dipermainkan lagi.

Celakanya, kekesalan lama itu tumpah pada orang yang salah. Wanita yang sama sekali tak pernah “mengerjainya”. Korban baru pertama kali dengannya.

Dalam hukum pidana, ini bisa disebut error in persona. Yang dihukum bukan yang bersalah. Yang kena bukan yang seharusnya.

Sisi ketiga: status pribadi.

Dia belum menikah. Masih bujang. Itu pengakuan langsung pelaku (Yunus, red) .Dari keluarga pas-pasan. Peserta JKN kelas bawah mempertegasnya. Artinya jelas: ekonomi terbatas.

Tapi, hobinya mahal. Itu ironi. Itu paradoks. Dalam teori sosiologi ada istilah relative deprivation.

Orang merasa kekurangan, tapi ingin terlihat cukup. Lalu memaksakan diri. Hasilnya? Semu.

Sisi keempat: rencana yang rapuh.

Dia datang ke Sidrap tanpa uang. Kantong depan kosong. Kantong belakang berisi dompet.

Tapi dompet itu nihil uang. Hanya ada kartu-kartu penting. Dan… potongan kertas digunting seukuran uang.

Untuk apa? Tidak jelas. Apakah mau dipakai untuk mengelabui? Atau hanya main-main? Tidak ada yang tahu. Yang jelas, motif ekonominya sejak awal goyah.

Kalau dirangkai, semua ini jadi jelas: ini bukan sekadar khilaf sesaat. Ini akumulasi.

Akumulasi sakit hati. Akumulasi rasa dipermainkan. Akumulasi keterbatasan ekonomi. Semua meledak dalam 25 menit terakhir di kamar wisma berdarah itu

Hukum pidana akan tetap dingin. Actus reus—perbuatannya ada. Mens rea—niat jahatnya terbukti lewat tusukan.

Tapi di balik itu ada narasi yang lebih manusiawi: seorang bujang dari keluarga sederhana.
Hobi jajan. Sering ditipu. Menumpuk sakit hati. Dan malam itu, jatuh pada korban yang salah.

Korban pun kehilangan nyawa. Yang mestinya hanya satu jam transaksi, malah berakhir 35 menit saja. Masih ada 25 menit tersisa dari kesepakatan

Bukan setengah harga. Bukan setengah waktu. Tapi setengah nyawa. Diambil dengan satu tusukan badik sejengkal.

Itulah sederet sisi lain yang berhasil dihimpun katasulsel.com dari berbagai sumber di lapangan, termasuk dari wawancara khusus (Wansus) dengan Kapolres Sidrap AKBP Dr Fantry Taherong, Jumat, 12 September 2025. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )