Sabtu, 20 Sep 2025
Tonton KAT TV

Fekamate, Jembatan Linguistik Muna-Polinesia

Katasulsel.com
20 Sep 2025 10:39
Opini 0 81
5 menit membaca

La Ode Arwah Rahman
Pemerhati Bahasa Austronesia

“Mate”, “matte”, “maty” atau mati dalam bahasa Indonesia, merupakan kosa kata Austronesia paling umum ditemukan pada suku-suku Nusantara hingga Oceania. Bahkan, kata ini menyebar dari Hawai melintasi samudera Pasifik, hingga Madagaskar, di ujung barat Samudera Hindia.

Dari kata tersebut lahir frasa “pa mate”, “pa matte” (bunuh atau bikin mati). Di Philipina, beberapa suku di sana juga memiliki frasa tersebut dengan makna yang sama dengan masyarakat Indonesia.

Hanya saja, dari ribuan suku di Indonesia yang masih memelihara frasa “pa mate”, atau “pa matte”, rupanya ada satu kelompok suku yang menggunakan prefiks atau awalan berbeda untuk kata dasar “mate”/ “maty”, yakni suku atau Etnis Muna dan beberapa sub suku di sekitarnya.

Etnis yang mendiami seluruh daratan Pulau Muna dan pulau-pulau di sekitarnya tersebut, diketahui tidak menggunakan prefiks “pa” sebagai awalan pada frasa “pa mate”, namun menggantinya dengan prefiks “feka” atau “faka”.

Menariknya, kausatif “feka/faka”, juga ditemukan menyebar luas dan umum di Polinesia. Padahal, antara Muna dan Polinesia yang berada di Pasifik selatan, berjarak ribuan kilometer laut, dan diantarai oleh penduduk Melanesia yang padat.

Sumber Austronesian Comparative Dictionary (ACD) — Cognate set pa-₂, menyebut bahwa feka atau faka adalah penanda kausatif/derivasi verbal yang sangat umum di rumpun Polynesia dan di banyak bahasa Oceania bagian timur.

Prefiks ini digunakan secara luas, dan sama di Muna, prefiks ini berfungsi kausatif (bukan nomina). Bahkan, di Negara Tonga, frasa “fekamate” atau “fakamate” sama sekali tidak mengalami perubahan. Demikian pula arti dan maknanya sama dengan di Muna, yakni menyebabkan atau membuat menjadi mati.

Sementara di Samoa, frasa “fekamate” menjadi “fa’amate”, dan pada masyarakat Māori di Selandia Baru berubah jadi “wakamate” atau “whakamate”.

Pertanyaannya, bagaimana hal ini bisa terjadi? Mengapa prefiks “pa” yang umum digunakan oleh suku-suku Nusantara, di Muna menjadi “feka”?

Lalu, frasa ini menghilang senyap saat melintasi daerah Melanesia (Maluku, NTT, Papua, Papua Nugini, Fiji, Vanuatu, Nauru, Solomon dan Kaledonia Baru). Setelah itu, muncul dan bersinar kembali di negeri Polinesia dan pulau-pulau di Oceania yang jauh.

Salah satu jawabannya adalah mungkin prefiks ini terbentuk pertama kali di Muna oleh bangsa Austronesia.

Muna bisa jadi salah satu “halte linguistik” penting sebelum bangsa Austronesia benar-benar keluar ke Pasifik, menjelajah samudera terluas di dunia itu.

Bersambung…

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )