Kapolres Terciduk di Got, Pantas Polres Sidrap Selalu Bersih..

Kadang saya heran, kenapa Polres Sidrap selalu bersih. Ternyata, sang atasan pun tak sungkan ada di got.

Oleh: Edy Basri

Pantas, pantas…begitu dalam hati saya.

Rupanya, aspek kebersihan di Polres Sidrap ini memang selalu terjaga. Setidaknya itu yang saya lihat.

Baca Juga

Politisi pun Duduk Seperti Mahasiswa, Selamat Pak Doktor Irsan Radjab

10 Sep 2025

Tadi pagi, saya secara kebetulan melintas depan Polres Sidrap. Saya terkejut, disana ada kapolres juga sedang bersih-bersih. Ia malah terciduk kamera saya ada di dalam got.

Rupanya, sebelum apel pagi, polisi-polisi di Sidrap itu sudah turun membersihkan.

Ada yang memegang serokan, ada yang mengangkat lumpur, ada pula yang sibuk memungut plastik kecil yang hanyut.

Baca Juga

Forum Empat Jam di Sidrap, Efek Panjang

20 Sep 2025

Seragam mereka belum terlalu kotor, tapi tangan sudah hitam.

Suasananya begitu adem. Tidak ada yang memerintah. Tidak ada yang marah. Semua bergerak pelan, rapi, seperti rutinitas yang sudah lama mendarah daging.

Ya, begitulah AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H, — Kapolres Sidrap.

Fantry yang saya kenal memang tidak sekadar memberi instruksi. Ia turun sendiri. Dan, itu kembali saya saksikan sendiri.

Kadang tanpa banyak bicara. Kadang sambil tertawa kecil. Kadang cuma bilang, “Ayo, bersih-bersih dulu sebelum mulai kerja.”

Saat saya mendekatinya. Ia mengaku sengaja turun ke got.

Katanya, “Biar rekan-rekan tidak canggung. Kita kasih contoh dulu, turun ambil sampah dan angkat kotoran dari got,” katanya dengan nada ringan.

Ya, semua ini tidak dibuat-buat. Tidak juga karena sedang disorot oleh kamera saya.

Semua sepertinya berlangsung spontan, seperti kebiasaan yang memang sudah menjadi bagian dari dirinya.

Dan hasilnya?
Polres Sidrap kini menjadi salah satu kantor polisi paling bersih di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Halamannya rapi. Tamannya hidup. Udara segar.
Dan yang paling mencuri perhatian: selokannya jernih.

Orang luar sering tidak percaya. Tapi yang datang langsung tahu — ini bukan kebetulan. Ini kerja bersama.

Karena hampir setiap hari, para anggota ikut turun got.
Mereka tidak malu. Tidak gengsi.

“Kalau Kapolres saja bisa jongkok ambil sampah, masa saya tidak?” ujar salah satu anggota sambil tersenyum, tapi minta namanya tidak ditulis.

Fantry memang sudah lama identik dengan kebersihan.

Sejak masih menjadi Kasat Intelkam di kantor yang sama beberapa tahun sebelumnya, kebiasaan itu sudah terlihat.

Bahkan saya berani bilang, saat itu, ruangannya-lah yang paling rapi di antara kasat.
Meja bersih. Lantai mengilap. Tak ada berkas berserakan.

“Kalau ruangan bersih, hati juga tenang,” katanya waktu itu.

Kini, sebagai Kapolres, ia tidak mengubah prinsip itu. Ia hanya memperluasnya.

Dari ruang kerja pribadi, menjadi budaya satu institusi.
Dari kebiasaan pribadi, menjadi contoh kepemimpinan.

Tidak ada surat perintah soal kebersihan. Tidak ada jadwal resmi.
Tapi, setiap pagi, ada saja yang menyapu. Ada yang memungut daun. Ada yang mengecek aliran air.

Semuanya bergerak karena terbiasa. Karena meniru.

Fantry tahu, ketertiban besar dimulai dari hal kecil.
Dari got yang bersih. Dari halaman yang rapi.
Dari kantor yang tidak berdebu. Dari rasa malu melihat pimpinannya lebih rajin.

Bahkan rumah jabatannya pun seperti cermin dari filosofi itu.
Rapi. Teratur. Sederhana. Tapi bersih. Saya melihatnya langsung.

Tidak ada rumput liar. Tidak ada genangan air. Tidak ada aroma lembap.
Hanya udara segar dan taman kecil yang selalu disapu setiap pagi.

“Kalau kita bisa menjaga kebersihan di lingkungan sendiri, menjaga Sidrap pasti lebih mudah,” ujarnya.

Itu sebabnya, di Polres Sidrap, kebersihan bukan hanya kegiatan.

Di Polres Sidrap, bersih-bersih sudah berubah menjadi tradisi.

Tradisi yang dimulai dari keteladanan seorang perwira yang lebih memilih turun ke got — daripada hanya memerintah dari podium.

Dan dari got yang jernih itu, kita bisa melihat sesuatu yang lebih dalam:
bahwa kepemimpinan sejati kadang tidak perlu panggung, cukup sepasang tangan yang mau kotor demi memberi contoh. (*)