Dalam era modern ini, listrik bukan hanya sekedar kebutuhan sekunder, melainkan telah menjadi bagian vital dalam kehidupan sehari-hari. Dari memasak makanan, mengerjakan pekerjaan, hingga menikmati hiburan, semuanya membutuhkan listrik. Sayangnya, di Kabupaten Sidrap, pemadaman listrik bergilir telah menjadi bagian dari rutinitas warga.

Oleh: Edy Basri

PAGI ini, seperti biasa, saya bangun dan menyalakan lampu. Tapi, apa yang terjadi? Lampu mati. Saya mencoba menyalakan kompor listrik untuk memasak sarapan, tapi apa daya, listrik pun mati. Ironisnya, ini bukanlah kejadian pertama, kedua, atau ketiga. Ini adalah kejadian yang terus berulang, seperti sebuah lagu yang diputar berulang kali sampai kita hafal liriknya.

Pemadaman listrik bergilir ini tidak hanya mengganggu, tapi juga merugikan. Bagaimana mungkin anak-anak bisa belajar di rumah jika lampu sering mati? Bagaimana mungkin pekerjaan bisa diselesaikan jika komputer tidak bisa dinyalakan? Bagaimana mungkin kita bisa menikmati waktu luang jika televisi dan internet mati?

PLN, sebagai penyedia layanan listrik, tentu memiliki alasan dan pertimbangan mereka sendiri. Mungkin ada perbaikan jaringan, atau ada kekurangan pasokan listrik. Namun, sebagai konsumen, kami berhak mendapatkan layanan yang baik dan konsisten. Kami berhak mendapatkan informasi yang jelas dan tepat waktu tentang jadwal pemadaman listrik.

Mungkin, PLN lupa bahwa listrik bukan hanya soal lampu yang menyala atau mati. Listrik adalah tentang kenyamanan, produktivitas, dan bahkan kebahagiaan. Mati lampu berarti mati rasa. Mati rasa terhadap kenyamanan, produktivitas, dan kebahagiaan.

Memang, pemadaman listrik di Kabupaten Sidrap bukanlah masalah yang baru. Ini sudah berlangsung cukup lama, dan warganya telah merasakan dampaknya yang signifikan. Namun, seiring berjalannya waktu, bukankah kita seharusnya melihat perbaikan, bukan stagnasi atau bahkan kemunduran?

Banyak dari kita mungkin berpikir, “Ah, ini hanya masalah sehari-hari, kita bisa bertahan.” Tetapi, apakah kita seharusnya hanya bertahan? Apakah kita tidak seharusnya berharap dan berjuang untuk lebih baik?

Kami, sebagai konsumen PLN, membayar tagihan listrik setiap bulan dengan harapan mendapatkan layanan yang sepadan. Namun, apa yang kami dapatkan? Pemadaman listrik yang tak terduga dan sering kali tanpa pemberitahuan. Ini bukanlah layanan yang sepadan, ini adalah pengabaian hak kami sebagai konsumen.

Saya bukan ahli listrik, dan saya tidak tahu apa yang menyebabkan pemadaman listrik ini terjadi. Yang saya tahu adalah bahwa, sebagai konsumen, saya merasa kecewa. Saya merasa bahwa hak saya untuk mendapatkan layanan yang baik dan konsisten telah diabaikan.

Saya tidak menulis ini untuk menyerang PLN. Saya menulis ini sebagai bentuk ekspresi kekecewaan saya, dan mungkin juga kekecewaan banyak orang di Kabupaten Sidrap. Saya menulis ini dengan harapan bahwa PLN akan mendengar suara kami dan melakukan perbaikan.

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com