banner 600x50

Perjalanan Abdul Jabbar Menuju Gelar Tertinggi

Pendidikan adalah investasi masa depan, sebuah prinsip yang dipegang teguh oleh Abdul Jabbar, akademisi muda yang kini resmi menyandang gelar Doktor Bidang Administrasi Publik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Laporan; Edy Basri

PRIA yang berasal dari Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan ini tak hanya meraih pencapaian akademis tertinggi di usianya yang baru menginjak 33 tahun, tetapi juga mencatatkan namanya sebagai salah satu doktor muda berprestasi di bidang administrasi publik.

Disertasinya yang berjudul “Model Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Mendukung Produktivitas Pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang” telah membuka wawasan baru dalam pengelolaan pertanian di daerah.

Pagi itu, langit Sidrap cerah menyambut perjalanan panjang yang dinantikan oleh Abdul Jabbar dan keluarganya. Dari kediaman sederhana di kabupaten Sidenreng Rappang, mereka bersiap menuju Universitas Hasanuddin di Makassar, tempat Abdul Jabbar akan menjalani prosesi wisuda doktor.

Bersama istrinya, Asmi Nasruddin, seorang akademisi di bidang kesehatan masyarakat, dan anak semata wayang mereka, Muhammad Abidzar Al Ghifari yang baru berusia 5 tahun, suasana bahagia memenuhi rumah kecil mereka.

banner 250x250

“Papa bakal jadi orang pintar, ya, Ma?” ujar Abidzar dengan tawa polosnya sambil menggenggam erat tangan ayahnya.

Asmi tersenyum mendengar celotehan anaknya yang menggemaskan. Baginya, pencapaian Abdul Jabbar bukan hanya milik suaminya seorang, tetapi juga hasil dari dukungan dan pengorbanan mereka sebagai keluarga. Banyak malam yang dilalui Abdul Jabbar dengan bergulat di meja kerja, menyelesaikan penelitian, sementara Asmi menjaga keseimbangan rumah tangga. Namun, semua itu terbayar hari ini.

Perjalanan dari Sidrap ke Makassar bukanlah perjalanan singkat. Dengan jarak sekitar 200 kilometer, mereka melewati hamparan sawah yang seolah memberi salam selamat kepada Abdul Jabbar, mengingatkan pada disertasinya yang membahas strategi meningkatkan produktivitas pertanian di Sidrap, kabupaten yang sebagian besar penduduknya adalah petani.

Abdul Jabbar berkomitmen dalam penelitian ini, mengungkapkan bagaimana pemerintah daerah dapat lebih berperan aktif dalam memberdayakan petani melalui program dan kebijakan yang terintegrasi dengan pendekatan berbasis UNDP Capacity Development Framework.

Sesampainya di kampus Unhas, keluarga Abdul Jabbar disambut suasana meriah. Aula Prof. Syukur Abdullah di FISIP Unhas telah dipadati oleh para lulusan doktor lainnya beserta keluarga masing-masing. Namun, di balik kemeriahan itu, hati Abdul Jabbar berdebar. Hari ini, setelah bertahun-tahun belajar dan meneliti, ia akan secara resmi dinyatakan sebagai doktor.

Di bawah bimbingan promotor dan tim penguji yang terdiri dari para profesor terkemuka, Abdul Jabbar berhasil mempertahankan disertasinya dengan sangat baik. Dalam ujian tutup yang melibatkan 7 penguji, termasuk dari Universitas Brawijaya Malang, disertasinya tidak hanya diakui secara akademik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Sidrap, khususnya di sektor pertanian.

“Pada prinsipnya, penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa variabel penting yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian, termasuk peran strategis pemerintah daerah,” ucap Abdul Jabbar dengan nada penuh keyakinan saat memaparkan temuannya. “Pendekatan UNDP yang berfokus pada individu, organisasi, dan sistem memberikan solusi yang lebih adaptif dan responsif.”

Prosesi yudisium terbuka pun tiba. Ketika nama Abdul Jabbar disebut sebagai salah satu lulusan dengan predikat sangat memuaskan, seluruh aula bergemuruh oleh tepuk tangan. Air mata kebahagiaan mengalir dari mata Asmi, sementara Abidzar yang masih kecil berseru, “Papa lulus! Papa lulus!” sambil melompat-lompat kegirangan.

Pemandangan itu adalah potret kebahagiaan sebuah keluarga yang telah melewati perjalanan panjang, penuh tantangan, dan kini merayakan hasilnya.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak, terutama keluarga saya. Tanpa doa dan dukungan mereka, saya tidak mungkin sampai di titik ini,” ucap Abdul Jabbar dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Sebagai penutup, Abdul Jabbar mengingatkan bahwa ilmu adalah amanah. “Ilmu harus dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan, jangan pernah menjadi angkuh. Seperti filosofi padi, semakin berisi semakin merunduk,” ujarnya.

Pesan ini tak hanya ditujukan untuk dirinya, tetapi juga untuk generasi muda yang bercita-cita mengikuti jejaknya. Baginya, gelar doktor bukanlah akhir, A doctoral degree is not the end; it’s a new beginning. It represents the culmination of one journey but also the start of new opportunities for growth, discovery, and contribution. Tetapi, awal dari tanggung jawab yang lebih besar untuk berkontribusi kepada masyarakat.

Kisah perjalanan Abdul Jabbar dan keluarganya menuju puncak akademis ini adalah gambaran betapa pendidikan bukan hanya sekadar gelar, tetapi sebuah perjalanan penuh makna yang melibatkan pengorbanan, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang tercinta.(*)