Malam itu, aura “persaingan“ menyelimuti Aula SKPD Pemkab Sidrap. Ketiga pasangan calon bupati dan wakilnya—Doata, Sarkanaah, dan Hamas NA—berdiri di panggung, masing-masing dengan gaya, visi, dan pesan. Tema debat publik pertama ini sederhana namun sarat makna: “Tata Kelola Pemerintahan, Pembangunan, dan Lingkungan Hidup.
Oleh: Edy Basri., S.H
Doata: Gaya Santai, Visi Penuh Harmoni
Muh. Yusuf dan Muh. Datariansyah, pasangan nomor urut 1, tampil paling rileks. Senyum tak pernah lepas dari wajah mereka, bahkan Yusuf – akrab Dony, terlihat beberapa kali melambaikan tangan kepada penonton.
Ketika giliran mereka bicara soal tata kelola pemerintahan, jawabannya mengalir. Tanpa beban. Dony terlihat bijak, rasional dan terukur.
Mereka berbicara tentang pemerintahan berkelanjutan, pembangunan yang mengutamakan masyarakat, serta pemanfaatan teknologi yang efisien.
Bagi Doata, Sidrap masa depan adalah sinergi. Yusuf memaparkan misinya dengan nada yang tenang namun tajam.
Baginya, masjid dan tempat ibadah bukan sekadar tempat ibadah; mereka adalah pusat peradaban, tempat merajut masyarakat yang religius dan berbudaya.
Datariansyah menambahkan bahwa tata kelola pemerintahan yang inovatif dan inklusif akan memudahkan peralihan menuju era digital.
“Kami ingin Sidrap yang produktif, makmur, dan tetap menjaga harmoni,” tuturnya.
Dalam sesi kedua, Doata lagi-lagi menyajikan penampilan yang serasi. Tak ada ketegangan di antara mereka. Dialog antarcalon berjalan tenang, menunjukkan mereka siap bekerja sama erat jika terpilih.
Sarkanaah: Gaya Berkelas, Visi yang Tegas
Pasangan nomor urut 2, H. Syaharuddin dan Nurkanaah, hadir dalam balutan jas hitam, kemeja putih, dan dasi merah.
Bersambung..
Tampilan mereka mewah namun tetap elegan, mencerminkan gaya seorang pemimpin yang kharismatik. Syaharuddin, yang biasanya turun dengan pakaian kasual, memilih menunjukkan sisi lain dari dirinya.
Ini malam formal, katanya, dan setiap langkah harus sesuai.
Syaharuddin menguasai panggung. Dia berbicara tentang Sidrap Maju dan Sejahtera, dua kata kunci yang menjadi misi Sarkanaah.
Bagi mereka, kemajuan bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga mengangkat kehidupan masyarakat.
Nurkanaah menambahkan poin tentang kesejahteraan melalui peningkatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja.
Sarkanaah terlihat piawai saat menjawab pertanyaan panelis. Mereka memaparkan visi pembangunan infrastruktur, memperkuat ekonomi agrobisnis, dan menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan.
“Tidak ada kesejahteraan tanpa kesetaraan,” ujar Syaharuddin, penuh keyakinan.
Hamas NA: Romantika di Era Milenial
Pasangan nomor urut 3, H. Mashur dan H. Nasiyanto, tampak kompak dengan jaket bernuansa milenial. Mereka membawa energi baru, seolah ingin menunjukkan bahwa ini era digital.
Bersambung..
Saat memaparkan visi, Mashur memulai dengan memberi penghormatan khusus kepada wakilnya. Ia merangkul Nasiyanto, sebuah gestur kecil namun bermakna: ini adalah kemitraan sejati.
Mashur bahkan menyebutkan pentingnya “kerja sama yang solid antara bupati dan wakil bupati demi masyarakat Sidrap.”
Hamas NA hadir dengan visi Sidenreng Rappang Sejahtera, Maju, dan Bermartabat. Mereka berbicara tentang pemberantasan masalah sosial, serta mendorong pertumbuhan industri pertanian, ekonomi kreatif, dan teknologi digital.
H. Mashur percaya, kemajuan Sidrap harus didukung dengan teknologi dan pengetahuan digital yang mumpuni.
Tiga Pasangan, Tiga Pendekatan Tata Kelola Pemerintahan
Setiap pasangan memiliki cara berbeda dalam menanggapi pertanyaan panelis tentang tata kelola pemerintahan.
Doata, dengan gaya yang tenang, mengusulkan reformasi birokrasi yang transparan dan memanfaatkan teknologi untuk mengurangi kendala layanan publik.
Mereka percaya bahwa kerja sama sinergis antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci keberhasilan.
Sarkanaah tak kalah tajam. Syaharuddin menegaskan pentingnya pemerintahan yang efektif dan akuntabel melalui pemanfaatan teknologi digital.
Baginya, transparansi bukan hanya sekadar kata; itu adalah janji bagi Sidrap yang lebih baik. Nurkanaah juga menekankan pada aspek pelayanan publik yang inklusif, memperhatikan kesejahteraan sosial bagi semua golongan.
Hamas NA hadir dengan pendekatan humanis. Bagi mereka, pemerintah bukan sekadar institusi; itu adalah pelayan masyarakat.
Mereka menjanjikan pemerintahan yang jujur, akuntabel, dan bertanggung jawab. Nasiyanto menyebutkan, “Birokrasi adalah bagian dari kehidupan kita, dan jika kita ingin maju, kita harus berani berbenah.”
Lingkungan Hidup dalam Sorotan
Di akhir debat, tema lingkungan hidup mengemuka. Doata menekankan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan.
Mereka mengusulkan sistem tata ruang yang lebih terintegrasi agar pertumbuhan ekonomi tidak merusak keseimbangan alam.
Sarkanaah menyampaikan visi mereka untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Syaharuddin percaya bahwa pertanian di Sidrap harus dilindungi dari ancaman kerusakan lingkungan. Ia menekankan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam.
Sementara itu, Hamas NA datang dengan pendekatan berbeda. Mereka melihat lingkungan hidup sebagai aset masa depan yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.
Mashur berbicara tentang pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini.
Mereka ingin pemerintah menjadi garda terdepan dalam upaya konservasi, dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Saat debat berakhir, ketiga pasangan memberikan kesan mendalam kepada audiens.
Doata hadir sebagai sosok yang tenang dan harmonis, Sarkanaah tampil berkelas dan penuh wibawa, sementara Hamas NA menampilkan diri sebagai pemimpin milenial dengan sentuhan romantik.
Debat ini bukan hanya soal memenangkan suara, tetapi tentang visi masa depan Sidrap yang lebih baik. Acara berakhir, semuanya adem, bravo KPU, Bawaslu, Pemkab dan TNI-Polri!. Salam Sidrap lebih baik. (edy)
Tinggalkan Balasan