banner 600x50

Makassar, katasulsel.com — Sabtu pagi. Makassar masih kelabu, tetapi di Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar (UNM), atmosfernya terasa tegang. Ribuan wajah, tatapan lurus, dan tangan yang menggenggam harapan.

3.599 orang mendaftar. Namun, hanya 3.373 yang “submit” berkas mereka. Lebih ketat lagi, hanya 2.633 yang lolos persyaratan. Jumlahnya menyusut, tetapi harapan di hati mereka justru semakin memuncak.

Tepat pukul delapan, mereka mulai masuk ruang tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Satu per satu, mereka melewati pemeriksaan ketat. Di dalam, suara keyboard yang ditekan bergantian dengan helaan napas berat. Suasana benar-benar sunyi, seolah waktu berhenti.

Pj Bupati Sidrap hadir. Didampingi Pj Sekda, Ketua DPRD, dan beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Sidrap, mereka berkeliling, memastikan semuanya berjalan lancar. Sorot mata mereka serius. Ada pesan yang tak terucap di sana—kesempatan ini bukan sekadar angka atau formalitas.

Herfan Mappajeppu, Kepala BKPSDM Sidrap, tampak waspada namun tenang. “Kami ingin tes ini berjalan seadil mungkin. Setiap pelamar punya hak yang sama,” katanya, menatap tajam ke arah ruangan.

Tak hanya pengawasan dari pejabat. Polisi dari Polres Sidrap juga sigap berjaga, menambah rasa aman. Setiap sudut diperhatikan, setiap gerakan diawasi.

Menariknya, panitia pun memiliki hati. Para pelamar yang sakit, penyandang disabilitas, dan ibu hamil diberikan prioritas. Mereka dibimbing menuju ruangan khusus, jauh dari hiruk-pikuk, dengan kenyamanan yang lebih terjaga.

Tes ini lebih dari sekadar angka dan soal. Ini adalah momen perjuangan. Satu kesempatan menuju masa depan yang diidamkan. Sebuah harapan yang tak sekadar diucap, tetapi kini diuji dalam diam dan ketekunan.

Di luar gedung, keluarga menunggu, berharap, dan berdoa. Waktu terus berputar. Sementara, di dalam, nasib sedang ditentukan.(*)