Trump Murka, Tegur Israel atas Serangan ke Iran
Washington, Katasulsel.com — Ketegangan di Timur Tengah kembali menjadi sorotan tajam setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, menyampaikan kemarahannya secara terbuka terhadap Israel. Kritik itu muncul menyusul tindakan militer Israel yang menyerang Iran di tengah seruan global untuk meredam eskalasi konflik.
Pernyataan Trump yang terekam dalam sebuah video singkat, memperlihatkan nada tegas yang jarang ia arahkan kepada sekutu lamanya. Bukan hanya kecewa, Trump menegaskan bahwa serangan tersebut telah mencederai momentum diplomatik dan upaya deeskalasi yang sedang dibangun.
“Ini bukan waktunya untuk memprovokasi. Ini saatnya menahan diri,” begitu pesan tersirat Trump yang, secara tidak langsung, menegaskan bahwa kekuatan militer tanpa koordinasi dapat merusak stabilitas global—termasuk kepentingan Amerika Serikat sendiri.
Selama menjabat, Trump dikenal sebagai sosok yang sangat pro-Israel. Ia memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, dan mendorong perjanjian Abraham Accords yang membuka normalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab.
Namun, kemesraan itu kini tampak menegang. Bagi Trump, Israel telah melewati batas diplomasi yang sehat. Serangan terhadap Iran di tengah seruan damai justru dianggap sebagai langkah strategis yang tidak terukur.
Sumber di lingkaran luar Trump menyebutkan bahwa kemarahannya dilatari dua alasan utama. Pertama, kekhawatiran bahwa serangan tersebut akan memicu konflik regional lebih luas yang bisa melibatkan negara-negara Teluk. Kedua, potensi terganggunya citra kepemimpinan AS di tengah kampanye diplomatik global menjelang Pemilu 2024.
Secara geopolitik, konflik Israel–Iran merupakan episentrum dari pertarungan pengaruh di Timur Tengah. Iran dikenal mendukung sejumlah milisi bersenjata di Suriah, Irak, dan Lebanon. Sementara Israel, dengan doktrin pertahanan pre-emptive strike-nya, kerap melancarkan serangan ke basis militer yang dianggap terkait Iran.
Trump menyadari dinamika itu. Tapi dalam kalkulasi politik internasional, tindakan Israel kali ini dinilainya kontraproduktif. Bahkan, bagi sebagian analis, pernyataan Trump mencerminkan prinsip “strategic autonomy”—bahwa Amerika Serikat, meski bersahabat dengan Israel, tetap harus memegang kendali arah keamanan global.

Pernyataan keras Trump kini menjadi sinyal bahwa kebijakan luar negeri AS ke depan, termasuk jika ia kembali berkuasa, akan lebih selektif dan berbasis pada kalkulasi diplomatik ketat. Bukan semata loyalitas historis.
Dalam lanskap yang semakin rapuh akibat krisis Gaza, konflik Laut Merah, hingga bayangan konfrontasi di Laut Cina Selatan, satu serangan bisa memantik ledakan global. Dan Trump, yang selama ini dikenal keras, kini justru tampil sebagai pengendali suhu yang tak terduga.
Pertanyaannya: akankah Israel membaca teguran itu sebagai sinyal peringatan, atau justru mengujinya dengan langkah berikutnya?
Editor: Edy Basri
📢 Ikuti Katasulsel.com di WhatsApp!
Dapatkan berita terpercaya dan update setiap hari langsung di ponsel Anda.
👉 Klik di sini & tekan Ikuti