Maros, katasulsel.com — Kabupaten Maros kembali menunjukkan langkah konkret dalam membangun ekosistem akademik yang progresif dan inklusif. Melalui peluncuran Buletin Taman Baca oleh Rumakayoe, Minggu, 20 Juli 2025, kota yang dikenal dengan keindahan karstnya itu kini juga mulai menegaskan diri sebagai salah satu episentrum literasi ilmiah di Sulawesi Selatan.
Kegiatan yang digelar di Taman Baca Rumakayoe ini tak sekadar seremonial. Ia memuat pesan strategis tentang pentingnya membuka ruang publikasi ilmiah yang mudah diakses, tidak eksklusif, namun tetap menjaga mutu. Peluncuran buletin ini menjadi inisiatif lokal yang visioner di tengah rendahnya angka publikasi ilmiah di tingkat kabupaten secara nasional.
Rahmat Rizal, penggerak utama Taman Baca Rumakayoe, menegaskan bahwa Buletin Taman Baca hadir sebagai wadah bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi dari berbagai bidang untuk menyampaikan gagasan, hasil riset, hingga analisis yang dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh publik. “Kami ingin menjadikan Maros sebagai rumah bagi ide-ide yang lahir dari proses berpikir kritis dan berorientasi pada solusi,” ujarnya.
Momentum ini mendapat perhatian dari kalangan pendidikan tinggi di Maros. Hadir dalam acara tersebut Dr. Muhammad Nurjaya, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Maros dan Wakil Rektor Universitas Muslim Maros. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa publikasi ilmiah bukan hanya kebutuhan akademik, tetapi juga penanda kemajuan intelektual daerah. “Jika kita ingin Maros tumbuh secara berkelanjutan, kita harus mengakar pada tradisi riset dan publikasi yang kuat,” tegasnya.
Buletin ini tidak berdiri sendiri. Ia dikawal langsung oleh Ismail Suardi Wekke, akademisi dan Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Maros, yang dipercaya sebagai editor. Pengalamannya di dunia riset menjadikan buletin ini tidak hanya formalitas, tapi betul-betul diperuntukkan bagi pertumbuhan keilmuan. “Kami menerapkan standar peninjauan artikel yang ketat. Kualitas adalah prinsip utama. Namun kami juga membuka ruang seluas-luasnya bagi semua penulis dari berbagai latar belakang keilmuan,” jelas Ismail.
Buletin Taman Baca akan memuat artikel dari disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, hingga teknologi. Dengan demikian, publikasi ini ditargetkan menjadi platform lintas disiplin yang menjawab kebutuhan zaman dan memperkaya diskursus lokal dengan perspektif ilmiah.
Langkah Rumakayoe ini menunjukkan bahwa inovasi dalam bidang pendidikan dan literasi tidak harus menunggu arahan pusat. Dari Maros, dengan sumber daya terbatas tapi visi yang jelas, lahir sebuah sarana ilmiah yang bisa menjadi model replikasi bagi daerah lain. Di tengah derasnya arus informasi yang tidak terverifikasi, buletin ini juga diharapkan menjadi kanal validasi, klarifikasi, dan diseminasi gagasan yang berbasis metodologi dan data.
Peluncuran Buletin Taman Baca menjadi penanda bahwa Maros tidak hanya membangun dari sisi infrastruktur, tapi juga dari sisi intelektual. Taman Baca Rumakayoe, yang selama ini dikenal sebagai ruang literasi masyarakat, kini naik kelas menjadi pusat rujukan ilmiah. Dan dari sinilah, Maros menapaki babak baru sebagai kabupaten yang tidak hanya mencetak pembaca, tapi juga penghasil pengetahuan. (*)
Editor: Edy Basri
Tidak ada komentar