Wajo,Katasulsel.com – Di tengah tantangan UMKM desa yang kerap terjebak dalam kendala modal dan keterbatasan akses informasi, sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Hasanuddin hadir dengan pendekatan yang segar: memperkenalkan desain kemasan profesional hanya lewat genggaman tangan—melalui smartphone.
Jumat, 1 Agustus 2025, aula desa Bulu Siwa, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo menjadi saksi sebuah perubahan kecil yang potensial berdampak besar. Mahasiswa KKN-T Unhas menggelar sesi pelatihan desain kemasan produk untuk para pelaku UMKM lokal. Tanpa komputer, tanpa software rumit, cukup ponsel pintar dan kemauan belajar.
“Sederhana tapi berdampak. Desain kemasan bukan sekadar hiasan, tapi juga bahasa visual yang berbicara langsung ke konsumen,” kata Nurfabella, pemateri sekaligus mahasiswa KKN-T Unhas yang memimpin sesi tersebut.
Dalam praktiknya, warga dikenalkan pada aplikasi desain yang intuitif—bebas biaya dan bisa digunakan siapa saja. Mereka diajarkan cara memilih template, menempatkan logo, menyesuaikan warna, hingga memainkan tipografi yang sesuai karakter produk. Tanpa jargon teknis, tanpa rumus akademis.
Salah satu peserta, Andi Nirmalasari, pelaku UMKM makanan ringan, mengaku terbantu. “Dulu saya pikir harus bayar mahal untuk bisa punya desain kemasan yang bagus. Sekarang saya tahu bisa bikin sendiri. Praktis dan hemat,” ujarnya, dengan wajah berbinar sambil menunjukkan desain kemasan buatannya.
Pelatihan ini tidak hanya berhenti pada tataran teori. Para pelaku UMKM diajak langsung merancang kemasan produk mereka, mulai dari keripik lokal hingga minuman herbal. Beberapa bahkan mulai memikirkan rebranding total untuk tampil lebih profesional di pasar digital.
Antusiasme peserta tampak jelas dalam sesi tanya jawab. Ada yang mulai membicarakan strategi warna untuk segmen anak muda, ada pula yang tertarik membuat QR code sederhana di label produknya.
Sebagai penutup kegiatan, mahasiswa membagikan modul panduan praktis agar proses belajar tak terputus usai sesi berakhir. Modul ini menjadi bekal lanjutan untuk eksplorasi mandiri para pelaku UMKM di rumah masing-masing.
Kegiatan ini tidak hanya tentang desain atau aplikasi ponsel. Ini adalah bentuk intervensi sederhana namun strategis: mengembalikan kemandirian pelaku usaha kecil, sekaligus menjembatani kesenjangan digital di pedesaan.
Mahasiswa KKN-T Unhas membuktikan bahwa kontribusi perguruan tinggi tak harus selalu berupa riset dan laporan tebal. Kadang, cukup dengan satu aplikasi gratis dan semangat berbagi, perubahan sudah bisa dimulai.
Dan di Desa Bulu Siwa, perubahan itu kini sedang berlangsung. (edy)
Tidak ada komentar