Sidrap, Katasulsel.com – Kemah Tahfidz dan Bahasa VIII Muhammadiyah–Aisyiyah se-Sulawesi Selatan di pelataran Masjid Agung Pangkajene, Sabtu (13/9/2025), bukan hanya panggung akbar ribuan santri. Lebih dari itu, forum ini menjelma menjadi etalase politik kebudayaan Pemerintah Kabupaten Sidrap di bawah kepemimpinan Bupati H. Syaharuddin Alrif.
Di hadapan lebih dari 4.000 peserta dan jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syaharuddin memanfaatkan momentum ini untuk menegaskan kesiapan Sidrap menjadi tuan rumah Musyawarah Wilayah Muhammadiyah ke-41 pada tahun 2028. Pernyataan tersebut sontak menggeser suasana kemah dari sekadar agenda tahunan, menjadi batu loncatan strategis yang menempatkan Sidrap sebagai kandidat pusat peradaban religius Sulsel.
“Kami telah menyiapkan bukan hanya ruang, tetapi juga infrastruktur. Rencana pembangunan gedung khusus untuk Muswil 2028 sedang kami desain. Kami ingin Sidrap tampil sebagai rumah religius yang aman, unggul, dan siap menampung agenda besar Muhammadiyah,” ucap Syaharuddin.
Pernyataan itu mendapat sorotan tersendiri. Di tengah gegap gempita kemah, kehadiran Pemkab Sidrap lengkap bersama Forkopimda memperkuat narasi bahwa pemerintah daerah tidak sekadar menjadi fasilitator acara, melainkan motor penggerak agenda keumatan jangka panjang.
Apresiasi datang dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Maskuri, yang menyebut Sidrap memiliki kesiapan di atas rata-rata.
“Terima kasih kepada Bapak Bupati dan segenap jajaran. Tidak semua daerah punya kesiapan dan visi seperti Sidrap. Semoga Muswil 2028 benar-benar menjadi berkah,” tuturnya.
Rangkaian acara kemah yang meliputi seminar nasional, atraksi seni bela diri, groundbreaking gedung Muswil, hingga wisuda santri, menjadi representasi nyata bahwa Sidrap tidak hanya mengelola event religius, tetapi juga memproyeksikannya sebagai content strategy pembangunan daerah.
Di dunia konten, positioning Sidrap sebagai tuan rumah Muswil 2028 dapat dipahami sebagai long-term branding. Kabupaten ini tidak hanya membangun citra sebagai Bumi Nene Mallomo yang religius, tetapi juga mengukuhkan diri sebagai simpul besar gerakan kebudayaan Islam modern di Sulawesi Selatan. (*)
Editor: Tipue Sultan
Tidak ada komentar