Enrekang, Katasulsel.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Enrekang memaparkan kondisi terkini perekonomian daerah yang menunjukkan arah positif, meski masih dibayangi tantangan struktural. Berdasarkan data Triwulan II tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Enrekang tercatat sebesar 5,54 persen (quarter-to-quarter), menandakan aktivitas ekonomi yang cukup dinamis dibanding triwulan sebelumnya.
Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year), pertumbuhannya hanya 0,06 persen, menunjukkan perlambatan yang perlu diwaspadai. “Ini bukan berarti ekonomi stagnan, tetapi menunjukkan tekanan yang perlu kita jawab bersama,” ujar Kepala BPS Enrekang, Andi Makmur Jaya, dalam kunjungan resmi ke kantor Bupati Enrekang, Kamis (9/10/2025).
Dalam kesempatan itu, ia juga mensosialisasikan pelaksanaan Sensus Ekonomi 2026, sekaligus menyampaikan evaluasi terhadap sejumlah indikator makro daerah.
Menurut BPS, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi tulang punggung ekonomi Enrekang dengan kontribusi mencapai 46,72 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meski begitu, sektor ini justru mengalami kontraksi 2,42 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Sektor pertanian masih dominan, tapi tantangannya besar. Fluktuasi harga komoditas, faktor cuaca, hingga akses logistik memengaruhi kinerja,” jelas Andi Makmur.
Secara kumulatif, perekonomian Enrekang sepanjang semester pertama 2025 tumbuh 2,94 persen (c-to-c). BPS menilai pertumbuhan ini ditopang oleh aktivitas perdagangan, jasa, dan pertanian hortikultura, khususnya bawang merah — komoditas unggulan daerah yang berkontribusi besar terhadap pendapatan petani.
Sementara itu, Wakil Bupati Enrekang, Andi Tenri Liwang, menegaskan bahwa pemerintah daerah akan memperkuat kebijakan pendukung sektor pertanian melalui program sertifikasi lahan, akses modal, dan peningkatan kapasitas petani.
“Kita tidak hanya bicara angka pertumbuhan, tapi juga kesejahteraan. Pemerintah akan menata ulang strategi agar sektor pertanian tetap jadi motor ekonomi rakyat,” kata Andi Tenri.
Menurutnya, peningkatan produktivitas bawang merah dan penguatan rantai pasok menjadi prioritas agar petani tidak hanya bergantung pada musim panen. Ia menambahkan, dukungan data dari BPS menjadi dasar penting dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang berbasis bukti.
BPS berharap, dengan Sensus Ekonomi 2026, gambaran lebih komprehensif tentang struktur ekonomi daerah dapat terwujud, termasuk sektor informal dan usaha mikro yang selama ini menjadi penopang ekonomi rumah tangga di Enrekang.
Paparan ini sekaligus menegaskan komitmen pemerintah daerah dan BPS untuk menjaga kesinambungan pembangunan ekonomi yang inklusif — agar angka pertumbuhan tidak hanya menjadi statistik, tetapi juga terasa di dapur warga Enrekang.(*)
Editor: Tipue Sultan/Reporter: Muh Basir
Tidak ada komentar