Pasukan pendukung Andi Syaqirah Tangannya memegang mikrofon. Tidak bicara.
Hanya bibirnya yang bergerak pelan, seperti mengulang nada dalam hati.
Saya melihatnya dari balik pintu.
Ia tampak kecil di kursi itu.
Tapi wajahnya penuh tekad.
Tidak ada gemetar. Tidak ada ragu.
Hanya tenang.
Di luar ruangan, suara pendukung sudah mulai riuh.
Spanduk naik. Poster terbentang.
Di tengah-tengah sorak itu, masuklah rombongan Fenny Frans, pengusaha skincare ternama dari Makassar.
Gaun biasa-biasa saja, putih dipadu garisan biru, penuh percaya diri.
Ia tidak hanya datang untuk menonton.
Ia membawa “amunisi.”
Malam sebelumnya, ia sudah mengirim virtual gift “DBOSS.”
Dan malam ini, lagi—“DSULTAN.”
Dua malam berturut-turut.
Jelas. Studio gemuruh setiap kali nama pengirim muncul di layar.
“Gift dari Makassar,” kata operator di belakang panggung, sambil tersenyum lebar.
“Dukungan luar biasa,” gumam seorang kru.

Saya berjalan ke area VIP.
Di sana duduk Novita Mustafa, pemilik butik Putri Baju Bodo Tanrutedong.
Ia datang langsung dari Sidrap, membawa rombongan.
Semua mengenakan kain tradisional Bugis. Cantik. Anggun.
“Ini bukan sekadar dukungan,” katanya.
“Ini kebanggaan.”
Tidak ada komentar