Senin, 10 Nov 2025

Dari Lapangan Sekolah ke GOR Sudiang, Sidrap Bicara Lewat Musik dan Ilmu

Katasulsel.com
10 Nov 2025 19:18
Sidrap 0 119
5 menit membaca

Makassar, katasulsel.com – Ada yang berbeda di GOR Sudiang, Minggu, 9 November 2025. Di antara dentuman snare drum, lengking pianika, dan tarian bendera colorguard yang berputar seirama, sebuah nama dari jantung Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) mencuri perhatian juri dan penonton: Marching Band OGITA S’DATU UPT SDN 1 Amparita. Dari anak-anak sekolah dasar yang masih berusia belasan tahun, lahirlah energi artistik yang matang, penuh disiplin, dan sarat nilai edukatif. Mereka bukan sekadar tampil—mereka mendominasi.

Kejuaraan Akkarena Marching Band Competition (AMBC) Part 8 Tahun 2025 menjadi panggung pembuktian. Dari puluhan peserta lintas daerah dan jenjang pendidikan, OGITA S’DATU tampil sebagai Juara Umum Divisi Junior, menyapu bersih tujuh medali emas dalam kategori Marching Art Performance. Di antara penghargaan itu, tercatat kemenangan pada Best Display, Best Pianica, Best Percussion, Best Colorguard, Best Visual Ensamble, General Effect, hingga Best Field Commander.

Prestasi tersebut bukan sekadar hasil latihan teknis, tetapi buah dari pendekatan sistematis yang berorientasi pada kecerdasan musikal dan kinestetik. “Kami tidak hanya melatih anak-anak untuk memainkan alat, tetapi juga membangun sense of rhythm, koordinasi spasial, dan kemampuan membaca formasi dalam ruang,” ujar Meuwa Karlin, head coach OGITA S’DATU yang memimpin tim bersama pelatih Fikry Ismail, Fandy Afriansyah, Mangawe Karlin Kati, Ahmad Gazali, Cahaya Nindya, Muh. Anwar, Haekal Bahar, dan Nurul Amaliah.

Tak berhenti di situ, pada kategori Street Parade, OGITA S’DATU kembali menunjukkan dominasi musikal dengan torehan puncak untuk Best Mayorette dan Best Percussion, disusul gelar runner-up pada kategori Pianika, Colorguard, Visual Ensamble, dan General Effect. Totalnya, 14 piala dibawa pulang ke Amparita—mencatatkan sejarah baru bagi Sidrap dalam dunia seni pertunjukan anak usia dini.

Di balik kemegahan itu, terdapat konsep ilmiah yang jarang disadari publik. Dunia marching band modern kini tak hanya dinilai dari harmoni musik, tetapi juga visual intelligence dan kinesthetic synchronization — kemampuan tubuh dan pikiran bergerak serentak dalam kerangka komposisi yang presisi. OGITA S’DATU memahami itu dengan baik. Mereka menafsirkan irama bukan sekadar bunyi, tetapi bentuk ekspresi kebangsaan.

Tema yang mereka usung tahun ini, “Indonesian Folk”, menjadi refleksi atas pluralitas budaya Nusantara. Melalui aransemen medley yang menggabungkan lagu-lagu daerah seperti Paris Barantai, Sipatokaan, Sinanggar Tulo, Soleram, Manuk Dadali, Wanuakku Sidenreng Rappang, dan Apuse, anak-anak Sidrap membangun narasi musikal tentang kebinekaan.

Di panggung, Nasywah Awaliyah, Field Commander utama OGITA S’DATU, tampil memukau. Gerak tubuhnya tegas namun ekspresif, simbol dari jiwa kepemimpinan dan kecakapan komunikasi nonverbal yang diasah melalui disiplin marching art. Dalam perspektif psikologi pendidikan, performa seperti itu mencerminkan executive function yang tinggi — kemampuan mengatur emosi, fokus, dan respons motorik dalam waktu bersamaan.

Kepala UPT SDN 1 Amparita, Hj. Hasnati, S.Pd., M.M, menilai pencapaian ini bukan sekadar prestasi seni, tetapi juga bagian dari proses pendidikan karakter berbasis estetika. “Marching Band mengajarkan kepemimpinan, kerja tim, dan daya tahan mental. Terima kasih kepada seluruh orang tua yang terus mendukung anak-anak ini, baik secara moril maupun materil,” ujarnya penuh syukur.

Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, yang dikenal gemar menumbuhkan ruang kreasi bagi pelajar, menyampaikan apresiasi mendalam. “OGITA S’DATU adalah salah satu simbol kebanggaan kita. Kami ingin Sidrap dikenal bukan hanya karena produktivitasnya di sektor pertanian, tetapi juga karena keunggulannya di bidang seni dan budaya. Ini bukti bahwa potensi anak-anak Sidrap bisa bersaing secara nasional,” ujarnya.

Prestasi OGITA S’DATU memang selaras dengan semangat education through art yang kini diadopsi dalam kurikulum merdeka. Melalui kegiatan seperti marching band, anak-anak belajar tentang disiplin, koordinasi sosial, estetika visual, dan bahkan matematika ritmik — keterampilan yang menjadi fondasi literasi masa depan.

Secara sosiologis, kemenangan ini juga memperlihatkan bagaimana seni pertunjukan berperan sebagai medium integrasi sosial. Di tengah arus digital yang cenderung individualistik, kegiatan marching band menjadi ruang pertemuan nilai-nilai kolektif: kerja sama, empati, dan solidaritas. Tak mengherankan jika kemudian OGITA S’DATU dianggap sebagai “laboratorium karakter” yang melatih etos kerja dan semangat kompetisi sehat di kalangan pelajar sekolah dasar.

Ajang AMBC (Akkarena Marching Band Competition) sendiri merupakan turnamen bergengsi tahunan yang menampilkan ratusan peserta dari berbagai provinsi. Di arena GOR Sudiang, para juri profesional menilai berdasarkan aspek musicality, accuracy, formation dynamics, dan audience impact. Di sinilah OGITA S’DATU menunjukkan keunggulan artistiknya — kemampuan mengawinkan kedisiplinan militeristik dengan kelembutan ekspresi budaya Nusantara.

“Anak-anak ini luar biasa. Mereka tidak hanya belajar memainkan alat musik, tetapi juga belajar mengelola waktu, menjaga stamina, dan mengatur emosi. Semua itu adalah bentuk pendidikan karakter yang otentik,” tambah Meuwa Karlin, sang pelatih utama.

Bagi Sidrap, kemenangan ini menjadi simbol baru peradaban lokal yang adaptif dan kreatif. Dari tanah lumbung beras, kini tumbuh pula lumbung prestasi di bidang seni modern. Dalam narasi pembangunan daerah, OGITA S’DATU merepresentasikan konsep cultural intelligence — kecerdasan untuk menafsirkan, mengolah, dan mengekspresikan identitas budaya secara universal.

Dan mungkin, di balik setiap hentakan drum dan putaran bendera di tangan colorguard kecil itu, tersimpan pesan yang lebih dalam: bahwa pendidikan terbaik adalah yang mampu memadukan logika dan estetika, kerja keras dan kegembiraan, akar budaya dan semangat global.

Malam itu, di GOR Sudiang, anak-anak dari Amparita tidak hanya memenangkan piala. Mereka menulis sejarah — dengan nada, warna, dan langkah kaki yang seirama dengan mimpi-mimpi besar Sidrap. (edybasri)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )