Bupati, Wabup dan IJ saat hadir langsung mendukung Syaqirah Reporter: Wahyu Widodo Jakarta
Saya berdiri di belakang kamera, di pojok kanan Studio 5 Indosiar, Jakarta.
Di depan saya, lampu-lampu menyala terang seperti siang, kamera berputar, musik mengalun keras, dan tepuk tangan seperti gelombang yang tak henti datang.
Semua mata tertuju ke panggung. Tapi perhatian saya justru tertuju ke satu barisan penonton di tengah.
Di sana duduk Bupati Sidenreng Rappang (Sidrap), Syaharuddin Alrif, dan di sebelahnya Wakil Bupati, Nur Kanaah, lalu Pak IJ (Ilham Junaedy).
Dua orang nomor satu dan dua di Sidrap itu malam ini bukan pejabat. Mereka hanyalah dua orang tua yang datang untuk menyemangati seorang anak yang berjuang di panggung nasional.
Nama anak itu: Andi Syaqirah.
Usianya masih muda, suaranya bening, senyumnya tenang. Tapi siapa pun yang pernah mendengar dia menyanyi, akan tahu: ada getar yang tak bisa dilatih. Ada rasa yang tumbuh dari tanah Bugis, dari kampung yang jauh di timur sana.
Malam Result Top 8 itu seperti ujian sabar bagi semua yang hadir. Semua tahu hanya tujuh nama yang akan disebut.
Tapi semua juga tahu, di antara delapan yang berdiri di atas panggung, Syaqirah membawa nama yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Ia bukan hanya Syaqirah. Ia adalah Sidrap yang bernyanyi.
Saya melihat wajah para pendukungnya di kursi belakang studio — rombongan “Syaqirah Lovers” yang datang dari berbagai daerah, membawa spanduk hijau, lampu sorot kecil, dan semangat besar.
Ada yang datang dari Makassar, ada yang dari Parepare, ada yang dari Sidrap sendiri dengan bus penuh harapan.

Mereka dipimpin oleh seorang pria telaten bernama IJ, koordinator fanbase Syaqirah.
Ia berlari ke sana kemari, memastikan bendera kecil diangkat, memastikan sorak dimulai tepat ketika kamera mengarah ke mereka.
“Kita harus kelihatan kuat!” katanya di sela suara musik. “Syaqirah harus tahu kita di sini.”
Di tengah keriuhan itu, pembawa acara mulai membuka hasil voting. Saya melihat tangan Bupati Syaharuddin mengepal di pangkuan. Wajahnya tegang tapi tetap tersenyum. Wakil Bupati Nur Kanaah menunduk sebentar, mungkin berdoa.
Tidak ada komentar