Sabtu, 20 Des 2025

Media Sosial di Mata Remaja: Ruang Ekspresi atau Sumber Tekanan Mental?

Katasulsel.com
20 Des 2025 12:53
Makassar 0 87
5 menit membaca

Makassar, Katasulsel.com — Perkembangan teknologi digital membawa perubahan signifikan dalam kehidupan remaja, khususnya dalam pola komunikasi dan interaksi sosial. Media sosial yang awalnya berfungsi sebagai sarana hiburan dan berbagi informasi, kini berkembang menjadi ruang pembentukan identitas, pencarian pengakuan, serta tolok ukur nilai diri. Intensitas penggunaan yang tinggi memunculkan kekhawatiran terhadap kesehatan mental remaja.

Arus konten yang terus mengalir tanpa batas membuat remaja semakin sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Paparan pencapaian, gaya hidup, dan standar visual tertentu di media sosial berpotensi menimbulkan perasaan tidak percaya diri, kecemasan, hingga kelelahan emosional apabila tidak disikapi secara bijak.

NA, salah seorang remaja pengguna aktif media sosial di Makassar, mengaku sering mengalami kesulitan menghentikan kebiasaan scrolling saat mengakses berbagai platform digital.

“Kadang kalau lihat pencapaian orang lain di Instagram, saya merasa tertinggal. Rasanya minder dan jadi kepikiran terus”, katanya (11/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa dorongan untuk terus menggulir layar muncul karena rasa penasaran dan keinginan untuk mengikuti berbagai informasi serta tren yang sedang ramai diperbincangkan. Namun, kebiasaan tersebut justru membuatnya lebih sering membandingkan diri dengan orang lain dan memicu perasaan lelah secara emosional.

Banner Promosi WiFi

Apa yang dialami oleh NA sejalan dengan hasil penelitian dalam Jurnal Psikologi Sosial yang membahas pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap kondisi psikologis remaja. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa aktivitas membandingkan diri dengan konten digital serta pencarian validasi melalui likes dan komentar dapat meningkatkan risiko kecemasan dan menurunkan tingkat kesejahteraan psikologis remaja.

St. Fatimah, selaku konselor di salah satu sekolah di Makassar, memperkuat hasil penelitian tersebut berdasarkan pengalamannya mendampingi siswa di lingkungan sekolah.

“Ada beberapa siswa datang dengan keluhan sulit fokus, mudah cemas, dan cepat merasa lelah. Sebagian dari mereka kurang tidur karena terlalu lama bermain media sosial”, ujarnya (21/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa remaja cenderung membangun persepsi diri berdasarkan apa yang mereka lihat di media sosial, bukan dari kondisi dan kemampuan yang dimiliki secara nyata. Hal ini, menurutnya, berdampak pada menurunnya kepercayaan diri dan motivasi belajar.

Temuan tersebut selaras dengan penelitian lain yang dimuat dalam Jurnal Kesehatan Mental Remaja, yang menyatakan bahwa paparan media sosial secara berlebihan dapat mengganggu regulasi emosi dan konsentrasi remaja. Studi tersebut menegaskan bahwa tanpa pendampingan dan literasi digital yang memadai, remaja berisiko mengalami tekanan psikologis akibat penggunaan media sosial yang tidak terkontrol.

Sebagai upaya melihat persoalan ini, Yustriani, S.KM, dari Tim Kerja Bina Keluarga Balita dan Anak serta Ketahanan Remaja Kemendukbangga BKKBN Sulawesi Selatan, menegaskan bahwa media sosial memiliki dampak besar terhadap kondisi emosional remaja. Menurutnya, media sosial dapat memberikan dampak positif maupun negatif, tergantung pada cara penggunaannya.

“Media sosial itu ibarat dua mata pisau. Kalau dimanfaatkan untuk menyerap informasi positif, tentu bisa menambah wawasan. Namun jika terlalu terpapar tanpa filter, remaja rentan menerima hoaks atau konten yang tidak jelas kebenarannya”, ungkapnya (14/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa perkembangan teknologi, termasuk kemunculan kecerdasan buatan, membuat konten digital semakin sulit dibedakan antara fakta dan manipulasi. Kondisi tersebut berpotensi memengaruhi cara berpikir dan emosi remaja apabila tidak diimbangi dengan kemampuan memilah informasi.

“Apalagi sekarang ada teknologi AI yang makin realistis. Kalau remaja tidak dibekali kemampuan literasi digital, arahnya bisa ke hal-hal yang justru merugikan,” tambahnya.

Yustriani juga menyoroti pengaruh media sosial terhadap suasana hati remaja. Menurutnya, algoritma platform digital sering kali menampilkan konten serupa dengan apa yang sebelumnya diakses pengguna.

“Kalau seseorang sedang sedih lalu melihat konten sedih, emosinya bisa berlipat. Kadang mereka sebenarnya baik-baik saja, tapi karena FYP-nya dipenuhi konten tertentu, mereka ikut terbawa suasana. Kalau menemukan konten negatif, sebaiknya langsung dilewati atau disembunyikan saja. Jangan mengikuti akun yang tidak kredibel atau sering menyebarkan informasi yang tidak jelas,” ujarnya.

Ia juga berpesan agar remaja di Sulawesi Selatan menjadikan media sosial sebagai ruang berbagi hal positif serta tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Sementara itu, Amin Ahmadi Duta Generasi Berencana (GenRe) Sulawesi Selatan menyoroti data survei kesehatan mental remaja di Indonesia saat ini yang menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja berisiko mengalami gangguan psikologis.

“Tekanan digital seperti perbandingan sosial, cyberbullying, dan kecanduan notifikasi menjadi faktor yang memperkuat risiko gangguan kesehatan mental pada remaja”, jelasnya (19/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa tekanan tersebut semakin besar ketika remaja menjadikan likes dan komentar sebagai tolok ukur nilai diri. Kondisi ini, menurutnya, membuat remaja lebih rentan mengalami kecemasan dan stres, terutama jika tidak mendapat dukungan yang cukup dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Berbagai temuan di lapangan menunjukkan bahwa intensitas penggunaan media sosial memiliki keterkaitan dengan kondisi kesehatan mental remaja. Tekanan berupa perbandingan sosial, paparan konten berlebihan, serta kebutuhan akan validasi digital menjadi faktor yang memengaruhi emosi dan cara remaja memandang dirinya.

Upaya pencegahan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Sekolah memperkuat layanan konseling dan pendampingan psikologis, sementara BKKBN mendorong peningkatan literasi digital serta peran keluarga dalam mengawasi dan mendampingi penggunaan media sosial pada remaja. Di sisi lain, Duta GenRe Sulawesi Selatan aktif melakukan edukasi terkait manajemen stres dan penggunaan media sosial yang sehat di kalangan generasi muda.

Melalui pendekatan edukatif dan pendampingan yang berkelanjutan, diharapkan remaja dapat lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial sebagai sarana informasi dan ekspresi diri, tanpa mengabaikan kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis mereka.

Penulis : Chayrasafana Nur Amni

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )