Koloni Ini Hidup di Wajahmu, Menyeramkan.. Tapi Dia Sesungguhnya ‘Teman’ Sejak Lahir
Setiap kali Anda bercermin, yang tampak hanyalah kulit wajah Anda. Bersih, lembap, mungkin sedikit berminyak atau kering.
Namun di balik permukaan yang terlihat, ada dunia mikro yang hidup — nyaris tak terlihat, namun sangat nyata. Salah satu penghuni tetapnya adalah Cutibacterium acnes, bakteri kecil yang menjadi bagian dari ekosistem mikrobioma kulit manusia.
Cutibacterium acnes (sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium acnes) adalah bakteri Gram-positif anaerobik yang bersifat commensal, artinya hidup berdampingan dengan manusia tanpa menimbulkan gangguan besar.
Ia bersarang terutama di folikel rambut dan kelenjar sebasea (kelenjar minyak), terutama pada area wajah, dada, dan punggung.
Walaupun sering dikaitkan dengan jerawat (acne vulgaris), C. acnes bukan musuh utama. Faktanya, ia adalah bagian penting dari microbiota kulit, komunitas mikroorganisme yang membantu menjaga keseimbangan dan kekebalan alami kulit.
Sebagian besar orang menganggap kulit yang bersih sebagai “bebas bakteri”. Ini adalah persepsi yang keliru. Kulit yang sehat justru kaya akan flora normal, termasuk Staphylococcus epidermidis, Malassezia spp., hingga Demodex folliculorum (ya, ini adalah sejenis tungau mikroskopis yang hidup di pori-pori Anda).
Cutibacterium acnes bekerja diam-diam. Ia memfermentasi lipid dari sebum (minyak kulit), menghasilkan asam lemak yang dapat menurunkan pH kulit dan membantu menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
Dalam konteks ini, C. acnes adalah mikroorganisme mutualistik — bekerja bersama tubuh Anda untuk mempertahankan kesehatan kulit.

Namun dalam kondisi tertentu — seperti kelebihan produksi sebum, pori-pori tersumbat, atau reaksi imun yang berlebihan — C. acnes bisa berubah menjadi opportunistic pathogen, memicu peradangan dan membentuk pustula jerawat.
Dalam dekade terakhir, studi tentang human microbiome telah merevolusi pemahaman kita tentang hubungan antara manusia dan mikroorganisme.