HIMAP Mengabdi di Pabbaresseng: Suara Mahasiswa untuk Desa Ramah dan Hijau

Sidrap, Katasulsel.com — Di balik hijaunya perbukitan Dusun Pabbaresseng, Kecamatan Watang Pulu, hadir suara-suara muda yang datang bukan untuk menuntut, tetapi untuk memberi. Mereka datang membawa semangat, bukan pamflet. Membawa kerja nyata, bukan sekadar kata.

Adalah Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik (HIMAP), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang), yang selama dua hari—26 hingga 27 Juni 2025—menyatu dengan denyut kehidupan warga.

Kegiatan bertajuk “HIMAP Mengabdi 2025” itu mengusung tema:
“Desa Bersahabat: Mewujudkan Generasi Bebas Bullying dan Cinta Lingkungan.”

Tema yang tak hanya disuarakan di podium, tapi dihidupkan di jalanan tanah, di halaman rumah warga, dan di ruang-ruang kelas sederhana.

Hari pertama dimulai dengan seminar pembukaan. Materinya tak ringan: tentang bullying—luka sosial yang sering tak tampak, tapi membekas. HIMAP mengajak masyarakat dan pelajar setempat duduk bersama, berbicara dari hati ke hati tentang bentuk-bentuk kekerasan verbal dan psikologis yang kadang tak disadari, tapi sangat menyakitkan.

Diskusi berjalan hangat. Anak-anak mendengarkan. Orang tua mengangguk. Ada harapan yang tumbuh—bahwa desa bisa jadi tempat yang aman dan ramah untuk tumbuh.

Setelah jeda istirahat, kegiatan dilanjutkan dengan aksi peduli lingkungan. Mahasiswa dan warga turun bersama. Mereka memegang sapu, cangkul, dan karung sampah. Membersihkan lingkungan, menyapu halaman, dan merapikan ruang publik yang jarang tersentuh.

Kerja bakti ini sederhana. Tapi nilai yang ditanam: dalam.

banner 300x600

Hari kedua, HIMAP mengganti podium dengan metode bermain. Mereka menyasar anak-anak sekolah. Dengan pendekatan edukatif-kreatif, mahasiswa mengajarkan pentingnya kerja sama, kebersihan, dan kepedulian sosial.

Anak-anak belajar sambil tertawa. Tapi dari balik senyum itu, ada nilai-nilai yang perlahan ditanam: bahwa cinta lingkungan dan saling menghargai adalah fondasi dari desa yang damai.

Kegiatan ditutup dengan aksi lanjutan peduli lingkungan. Kali ini lebih luas, lebih dalam. HIMAP tak hanya menyapu jalan, tapi juga menyapu batas antara kampus dan kampung. Antara mahasiswa dan masyarakat.

HIMAP Mengabdi 2025 tak hanya meninggalkan jejak di tanah Pabbaresseng. Tapi juga di hati warganya.

Dan bagi HIMAP sendiri, ini bukan akhir. Ini awal dari gerakan sosial yang lebih besar. Di mana ilmu tidak hanya berhenti di ruang kuliah, tapi berjalan kaki menuju dusun, mendengar suara rakyat, dan ikut menanam solusi.

Karena pengabdian bukan acara tahunan. Tapi cara hidup yang harus terus diperjuangkan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup