Andi Syaqirah dan Ilham JunaedyPerang D’Boss Diperkirakan Bakal Terjadi Malam Ini. Para “Sultan” Siap Menyerbu Daan Mogot, Studio 5 Indosiar
Jakarta malam ini mungkin sama seperti malam-malam sebelumnya: riuh, sibuk, dan tak pernah tidur. Tapi di sudut Daan Mogot, ada getaran yang berbeda.
Di sana, di Studio 5 Indosiar, akan lahir satu kisah kecil dari timur — tentang seorang gadis bernama Andi Syaqirah.
Ia bukan siapa-siapa. Setidaknya dulu. Tapi malam ini, Rabu, 5 November 2025, ia akan berdiri di panggung D’Academy 7, menatap lampu-lampu besar, kamera, dan jutaan mata penonton di rumah. Semua ingin tahu: seperti apa suara dari Sidrap itu?
Banyak yang menyebut malam ini bakal jadi Perang D’BOSS.
Istilah yang terdengar lucu sekaligus garang. Tapi di baliknya ada semangat seorang perempuan Makassar bernama Fenny Frans — pemilik FF D’BOSS, yang datang langsung ke studio.
Bukan untuk sekadar menonton. Tapi untuk memastikan: dukungannya tidak setengah hati.
Ia datang dengan pasukan, lengkap dengan seragam hitam-emas yang berkilau di bawah sorot lampu. Dari jauh tampak seperti sebuah orkestra dukungan: terorganisir, kompak, dan bergemuruh.
Syaqirah tahu semua mata akan tertuju padanya. Tapi ia tetap tenang. Sejak sore, di ruang latihan kecil di belakang panggung, ia sudah menyiapkan diri. Tidak banyak bicara. Tidak banyak senyum. Hanya suara.
Pelan naik-turun, seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
“Dia tenang, tapi saya tahu hatinya berdebar,” kata Ilham Junaedy, ketua Syaqirah Lovers. Ia sudah berada di studio sejak siang, menyiapkan spanduk, bendera kecil, dan ritme sorakan.
Ilham bukan orang baru di dunia euforia semacam ini. Tapi malam ini, katanya, lain.
“Kita tidak sekadar ingin menang. Kita ingin Indonesia tahu Sidrap punya anak sehebat Syaqirah.”
Dan memang, siapa pun yang sempat menonton malam sebelumnya pasti setuju.
Syaqirah tampil membawakan lagu “Larut Tanpa Kepastian.”
Lagu yang berbahaya — panjang, melengking, penuh ruang kosong yang bisa memerangkap penyanyi. Tapi gadis Sidrap itu menjalaninya dengan nyali besar.
Suaranya jernih. Tatapannya ke kamera tajam tapi lembut. Tidak ada pura-pura. Tidak ada upaya meniru.
Di kursi juri, Selfi Yamma tersenyum. Ia tahu rasanya berdiri di posisi itu — sendirian di bawah jutaan sorot mata.
Sementara Melly Lee, pelatihnya, mengangguk pelan.
“Kamu sudah mulai paham arti menyanyi dari hati,” katanya setelah penampilan usai.
Kalimat yang sederhana, tapi bagi penyanyi muda, itu seperti pengakuan.
Di bangku penonton, Fenny Frans tidak banyak bicara. Ia hanya menatap panggung dan berkata singkat:
“Dia bukan sekadar menyanyi. Dia sedang tumbuh.”
Dan malam ini, Syaqirah bukan hanya menghadapi juri. Ia menghadapi harapan — dari Sidrap, dari Makassar, dari para pendukung yang rela menempuh ribuan kilometer untuk melihatnya bernyanyi tiga menit di bawah cahaya terang.
Di kampung halamannya, Bupati Sidrap H. Syaharuddin Alrif sudah bersiap menonton dari rumah jabatan. Ia sudah mendapatkan info dari Ilham Junaedy; para ‘Sultan” siap berdatangan untuk Syaqirah. Bupati menyambut baik kabar itu.
Bupati tahu betul: yang akan tampil nanti bukan sekadar penyanyi. Ia simbol — anak muda Sidrap yang berani bermimpi di panggung besar Jakarta.
Mungkin tidak semua anak daerah punya keberanian seperti itu. Tapi malam ini, satu nama dari tanah Bugis membuktikan bahwa mimpi tidak pernah mengenal jarak.
Dan di Studio 5, musik sudah bersiap. Lampu sorot akan turun. Kamera akan berputar.
Di tengah sorak yang sebentar lagi menggelegar, Andi Syaqirah akan berdiri — tenang, anggun, membawa suara Sidrap ke seluruh negeri.
Bukan sekadar lomba. Tapi langkah kecil menuju sejarah. (*)
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar