Wajah Tenang dari Wajo

Hari ini ia Ketua DPRD Wajo. Tapi bagi saya, Firman sudah ada jauh sebelum jabatan itu di pundaknya.

Oleh: Edy Basri

ADA orang yang semakin tinggi jabatannya, semakin sulit kita mengenal wajah aslinya.

Tapi ada pula yang sebaliknya: semakin tinggi posisi, semakin jelas siapa dirinya. Firmansyah Perkesi—atau Firman, begitu saya biasa menyapanya—termasuk dalam kelompok yang kedua.

Baca Juga

Malam Senyap di Sidrap, Ketika Resmob Bergerak Tanpa Suara

06 Okt 2025

Nama itu kini begitu lekat dengan dinamika politik Kabupaten Wajo. Ketua DPRD Wajo. Ketua DPC Partai Gerindra Wajo. Posisi yang oleh banyak orang dianggap puncak.

Tapi bagi saya, Firman bukanlah tokoh yang lahir dari kursi kekuasaan. Ia sudah ada jauh sebelum semua itu.

Saya mengenalnya pertama kali bukan sebagai politisi, melainkan sebagai aparatur negara yang tenang, cerdas, dan tahu batas.

Baca Juga

Trotoar yang Kehilangan Fungsinya di Depan SMA Negeri 2 Enrekang

14 Agu 2025

Pertemuan pertama kami terjadi sekitar tahun 2005. Saat itu saya masih bertugas sebagai jurnalis Harian Parepos di Wajo.

Saya masih muda, idealisme masih utuh, dan dunia birokrasi terasa seperti labirin yang penuh simbol formal.

Di tengah suasana itu, nama Firmansyah Perkesi sudah sering disebut. Bukan karena kontroversi. Justru sebaliknya—karena ketenangannya.

Ia menjabat Asisten I Pemkab Wajo kala itu. Posisi strategis. Banyak urusan pemerintahan bersinggungan dengannya.

Tapi ia bukan tipe pejabat yang membuat wartawan harus menunggu berjam-jam hanya untuk satu kalimat normatif.

Ia menyambut dengan bahasa yang lugas. Tidak berlebihan. Tidak menggurui. Tidak pula mencari panggung.

Saya masih ingat betul satu kesan yang tertinggal sejak awal: Firman adalah birokrat yang berpikir sebelum bicara. Dan itu langka.

Dalam dunia birokrasi—apalagi di daerah—tidak sedikit pejabat yang pandai berbicara tapi miskin substansi. Firman justru sebaliknya. Kalimatnya singkat.

Tapi isinya padat. Ia tidak pernah menjanjikan sesuatu yang tidak bisa ia penuhi. Ia tahu batas kewenangan. Dan ia tidak tergoda untuk melampaui batas itu hanya demi citra.

Tak lama berselang, ia dipercaya menjabat Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) di era kepemimpinan Bupati Andi Asmidin.