Sidrap, katasulsel.com — Dua hari berturut-turut, Sidrap menjadi panggung penyampaian aspirasi publik. Namun bukan hanya ormas Islam dan mahasiswa yang mencuri perhatian, melainkan pula aparat Polres Sidrap yang tampil solid, profesional, dan presisi dalam mengawal jalannya demokrasi jalanan.
Demo berlangsung Kamis dan Jumat, 17–18 April 2025. Dua kali massa aksi turun, dua kali pula aparat Polres Sidrap sukses menjalankan tugasnya dengan pendekatan humanis tanpa sedikit pun menyulut ketegangan.
“Pengamanan yang kami lakukan bukan sekadar prosedural, tetapi berbasis pada community policing—di mana polisi hadir sebagai mitra masyarakat, bukan musuh,” ujar Kapolres Sidrap, AKBP Dr Fantry Taherong., S.H., S.I.K., M.H, kepada media, Jumat, 18 April 2025.
Dalam dua hari aksi itu, tak ada insiden anarkis. Tidak ada benturan. Tidak ada intimidasi. Justru yang terjadi adalah interaksi yang sehat antara masyarakat, mahasiswa, dan aparatur negara. Polres Sidrap menjelma menjadi katalisator harmoni sosial di tengah situasi yang berpotensi panas.
Langkah taktis aparat terlihat sejak pagi. Jalur-jalur strategis diamankan, titik kumpul massa dipantau dengan pendekatan persuasif, dan seluruh pergerakan dikawal dengan komunikasi terbuka. Hal ini mencerminkan penerapan prinsip de-escalation dalam manajemen kerumunan.
Aspirasi massa pun tak tertahan. Empat tuntutan utama—penutupan THM ilegal, penolakan pornoaksi, penertiban café dan rumah kos, serta dorongan Sidrap religius—semuanya sampai ke meja Bupati tanpa hambatan.
“Kami bersyukur seluruh tahapan berjalan aman, tertib, dan aspiratif. Ini hasil sinergi semua pihak, termasuk kepolisian yang sangat profesional,” puji Ketua DPRD Sidrap, H. Takhyuddin Masse.
Kapolres Sidrap sendiri tak mau jumawa. Ia menyebut bahwa keberhasilan ini adalah kerja kolaboratif, di mana unsur TNI, Satpol PP, dan tokoh masyarakat juga turut memainkan peran penting dalam menjaga atmosfer damai selama aksi.
“Kami tidak sekadar menjaga keamanan, tapi juga menjaga martabat demokrasi,” ucap Kapolres tegas namun bersahaja.
Aksi damai yang berlangsung dua hari ini menjadi etalase bagaimana Sidrap bisa menjadi miniatur praktik demokrasi sehat: massa menyampaikan, pemerintah mendengar, dan aparat mengawal.
Kini, tinggal satu pertanyaan: akankah semua aspirasi ini berbuah nyata? Namun yang jelas, dari sisi keamanan, Polres Sidrap sudah menunaikan tugasnya dengan presisi dan integritas tinggi. (*)