banner 650x65

Dari sawah hingga toga, perjalanan impian Sikolah membuktikan bahwa tekad dan semangat bisa membawa kita ke puncak kesuksesan

Oleh: Harianto (Redaktur Katasulsel.com)

DI SEBUAH desa kecil di Sidrap, Sulawesi Selatan, hiduplah seorang anak, sebutlah namanya Sikolah (Disamarkan).

Ia adalah anak semata wayang dari pasangan keluarga kecil. Ayahnya, Pak Galung (Disamarkan) dan Ibunya, I Bola.

Sehari-hari, Pak Galung menghabiskan waktu di sawah sebagai petani penggarap sedangkan I Bola hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT)

Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Pak Galung sudah berada di sawah, membajak tanah dan menanam padi.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, Sikolah tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh semangat. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi dokter.

Ia ingin mengabdikan dirinya untuk menolong orang lain, khususnya mereka yang tidak mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Cita-citanya tersebut tumbuh dari pengalaman pribadinya melihat banyak warga desa yang sakit namun tidak mampu berobat ke dokter.

Sikolah selalu rajin belajar dan sering menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolahnya. Prestasi akademiknya gemilang, dan ia selalu menjadi juara di kelas semasa SMA.

Gurunya sering memuji kegigihan dan kecerdasannya. Ketika tiba saatnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Sikolah mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas ternama di Makassar.

Perjalanan Sikolah ke ‘Kota Daeng’ bukanlah hal yang mudah. Dengan dukungan penuh dari orang tuanya, ia meninggalkan desa tercinta untuk meraih impiannya.

Setiap kali ia merasa rindu atau menghadapi kesulitan, Sikolah selalu teringat akan pengorbanan orang tuanya.

Ia selalu mengingat wajah ayahnya yang penuh keringat di bawah terik matahari dan tangan ibunya yang kasar karena kerja keras.

Di Makassar, Sikolah menghadapi berbagai tantangan. Kehidupan kota yang jauh berbeda dari desa membuatnya harus beradaptasi.

Ia tinggal di sebuah kamar kos sederhana dan sering kali hanya makan nasi dan tempe untuk menghemat uang.
Namun, semua itu tidak memadamkan semangatnya. Sikolah belajar dengan tekun, mengikuti setiap kuliah dan praktikum dengan penuh antusiasme.

Suatu hari, saat sedang belajar di perpustakaan kampus, Sikolah menerima telepon dari ibunya.

Suara sang ibu, I Bola terdengar lirih, memberitahukan bahwa ayahnya Pak Galung jatuh sakit.

Hati Sikolah hancur mendengar kabar itu. Ia ingin segera pulang, namun ia tahu bahwa ia harus tetap fokus pada pendidikannya. Dengan berat hati, ia berdoa dan terus berusaha keras.

Waktu berlalu, dan Sikolah berhasil menyelesaikan studinya dengan predikat cum laude. Pada hari wisudanya, ia berdiri dengan bangga mengenakan toga.

Di antara kerumunan, ia melihat kedua orang tuanya yang datang dari desa.
Meskipun tampak lelah, wajah mereka bersinar dengan kebanggaan. Pak Galung, meski masih terlihat lemah, tersenyum bangga melihat anaknya menjadi sarjana.

Sikolah memeluk kedua orang tuanya erat-erat, “Ini untuk Ayah dan Ibu,” katanya sambil menahan air mata.

“Terima kasih atas semua pengorbanan dan doa kalian,” suara kecil Sikolah di telinga kedua orang tuanya.

Setelah lulus, Sikolah kembali ke Sidrap. Ia kini menjadi seorang dokter.

Ia membuka klinik kecil di desa untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga yang membutuhkan.

Cita-citanya menjadi dokter akhirnya terwujud, dan ia bertekad untuk terus mengabdi kepada masyarakat.

Sikolah tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang dan penuh tantangan.

Namun, ia percaya bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian bisa menjadi kenyataan.

Dengan dukungan dan cinta dari orang tuanya, ia yakin bisa memberikan yang terbaik bagi mereka dan bagi desanya.

Hari-hari berlalu dengan Sikolah yang sibuk mengurus klinik dan memberikan pengobatan kepada warga desa.

Setiap senyum dan ucapan terima kasih dari pasiennya menjadi bukti bahwa semua pengorbanan dan perjuangannya tidak sia-sia.

Sikolah telah mewujudkan mimpinya, dan lebih dari itu, ia telah membuktikan bahwa asal-usul bukanlah halangan untuk meraih cita-cita.

Tulisan di atas, hanyalah cerita rekaan atau fiksi. Nama dan tempat pun demikian. Walau pun begitu, tulisan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi setiap anak agar tetap excited menghadapi masa depan. (*)

banner 650x650