Inilah kisah JO, remaja Sidrap yang bulat ingin kuliah jurusan hukum. Ia berharap bisa jadi ahli hukum untuk melindungi keluargnya kelak.

Laporan: Edy Basri
Pemimpin Redaksi Katasulsel.com

BANYAK yang mengira tulisan saya ini fiksi. Tapi sesungguhnya tidak. Saya menggabungkannya dengan beberapa peristiwa yang sebenarnnya. Meski, nama yang tertera tetap saya inisialkan alias bukan nama sebenarnya.

Si remaja, saya inisialkan JO. Sedang ayahnya saya memanggilnya Pakde. Kisahnya kurang lebih seperti ini.

Di salah satu desa kecil yang terletak di Kabupaten Sidrap, tinggal seorang remaja bernama Joko. Teman-temannya biasa memanggilnya JO.

JO adalah anak petani padi, berasal dari keluarga sederhana yang hidup dari bertani padi di sawah milik keluarganya. Sidrap memang terkenal dengan tanah subur dan hasil pertaniannya yang melimpah, namun sebuah peristiwa tak terduga mengubah hidup JO secara drastis.

Pada suatu hari, berita mengejutkan datang dari desa sebelah. Ayah JO, Pakde, dituduh melakukan penyerebotan areal persawahan milik orang lain. Ayahnya dilaporkan ke polisi

Perseteruan antara keluarga Pakde dengan lawan berperkaranya berlarut-larut karena Pakde bersikeras bahwa tuduhan tersebut tidak benar.

Namun, meskipun ada banyak saksi yang membela Pakde, namun putusan di peradilan tetap menghukum Pakde sebagai pelaku penyerobotan. Fakta persidangan menyebut bukti-bukti kuat akan keterlibatannya.

Jelas saja, keputusan yang dihadapkan pada ayahnya itu, mempengaruhi hidup JO secara emosional. Walau begitu, JO juga tak kuasa membantah keputusan hukum itu. Ia pasrah dan tak menyalahkan siapa-siapa.

Hampir setiap saat JO terlihat lemas. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Pengetahuan hukumnya masih sangat nihil untuk bisa membela dan melindungi sang ayah tercinta.

Satu yang pasti, JO sudah memutuskan untuk menimbah ilmu hukum. Ia ingin kuliah dengan mengambil jurusan ilmu hukum agar ke depannya ia tidak buta lagi dengan segala kemungkinan yang terjadi di masa depan

“Setelah saya sarjana, saya ingin menjadi ahli hukum, kalau perlu sampai S2 atau S3 hukum walaupun saya tidak tahu mau ambil biaya darimana untuk semua itu,” aku JO, dengan mata berkaca-kaca, menceritakan penderitaan ayahnya.

Dengan semangat baru, JO kini telah mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi tersebut. Dia mengaku sudah mendaftar dan bersiap mengasah ilmu barunya.

Satu hal yang ia pikirkan saat ini, bagaimana JO bisa kuliah sambil berperan sebagai seorang ayah untuk menghidupi keluarganya. Maklum, ayahnya sebentar lagi harus mendekam di tahanan

Tapi. Ia tak meratapi nasibnya dan juga garis tangan sang ayah. Meski akhir dari proses hukum ayahnya berujung kalah, namun JO tetap meyakini ayahnya tidak bersalah.(*)

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com