Baru Dilantik, Syahar Langsung Bikin Sidrap Mentereng, Gub Bilang Luar Biasa
Angin perubahan benar-benar terasa di Sidenreng Rappang. Nama yang paling populer orang sebut; Sidrap.
Oleh: Harianto & Tipoe Sultan
BELUM genap tiga bulan menduduki kursi Bupati, Syaharuddin Alrif menunjukkan performa yang tak biasa.
Ia tidak memulai masa jabatannya dengan janji kosong atau retorika politis. Ia memilih bekerja—dan hasilnya mulai terlihat.
Pantas, ia mengaku sedikit ‘terganggu’ sedikit dengan aksi Nathalie Holscher beberapa waktu lalu. Publik heboh kala itu, padaha ia (Syahar) sudah fokus.
Kembali lagi. Dalam rentang waktu Januari hingga April 2025, Sidrap mencatatkan diri sebagai daerah dengan rasio realisasi pendapatan tertinggi di Sulawesi Selatan.
Sebuah pencapaian yang bukan hanya menggembirakan, tetapi juga menunjukkan kapasitas fiskal dan kematangan tata kelola yang patut diapresiasi.
Tidak main-main loh. Capaian itu diumumkan langsung oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, dalam forum strategis; Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Sulsel di Makassar, Sabtu, 10 Mei 2025.

Dari ujung pembesar suara, gubernur mempertegas, Sidrap adalah daerah yang mampu mengelola potensi dan anggaran secara efektif, terbukti dari capaian pendapatannya yang menempati posisi tertinggi saat ini, “Ini luar biasa,” ujarnya.
Jelas. Capaian ini tak bisa dilepaskan dari strategi yang diterapkan Syaharuddin sejak hari pertama menjabat. Semua tahu, ia langsung tancap gas
Dengan pendekatan yang menekankan pada transparansi fiskal, good governance, serta penguatan partisipasi publik, ia memulai langkahnya dengan membenahi akar tata kelola.
Dalam keterangan terpisah, Syahar—sapaan akrab Syaharuddin Alrif—menegaskan bahwa capaian ini bukan hasil kerja individu, melainkan hasil kolaborasi struktural antara pemerintah daerah dan masyarakat.
Dia berjanji akan menjaga dan bahkan meningkatkan kinerja ini.
“Prinsip kami sederhana: transparansi, efisiensi, dan optimalisasi potensi lokal. Kami ingin Sidrap dikenal sebagai daerah yang mandiri secara ekonomi dan progresif dalam inovasi kebijakan,” ujarnya tenang, namun tegas.
Harus diakui. Tak banyak kepala daerah yang mampu mengawali masa jabatan dengan indikator konkret seperti ini.
Di tengah ekspektasi publik yang tinggi dan tantangan birokrasi yang tak ringan, Syahar justru berhasil mengorkestrasi awal kepemimpinan dengan output terukur.
Pendapatan daerah bukan sekadar angka dalam laporan. Ia adalah manifestasi dari kepercayaan publik, produktivitas ekonomi lokal, dan kemampuan pemerintah daerah mengkonversi potensi menjadi kekuatan fiskal.
Syahar tampaknya memahami hal ini secara mendalam. Ia tidak sekadar menjabat, ia mengarahkan. Ia tidak hanya memimpin, ia memformulasi arah.