Oleh: Edy Basri
Mulai dari kelompok tani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), kepala desa, pendamping masyarakat, hingga tokoh masyarakat dari seluruh daerah pemilihan.
Tak ketinggalan, para pejabat dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pengairan, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa duduk rapi mendengarkan.
Ketua DPRD Sidrap, Takyuddin Masse, serta Wakil Bupati Nurkanaah pun hadir, menyimak dengan seksama.
Bupati Syaharuddin Alrif, lelaki yang akrab disapa Syahar, perlahan memegang alat pembesar suara. Wajahnya serius, tetapi penuh semangat. Ia membuka rapat koordinasi cetak sawah dan oplah non rawa untuk para PPL dengan sebuah alasan yang tak biasa.
“Saya undang malam ini supaya semua bisa hadir,” katanya tegas. “Makanya, siap-siap sampai subuh.”
Tawa kecil menyambutnya. Namun Syahar melanjutkan tanpa jeda.
“Kenapa saya undang semua? Karena saya ingin membahas secara detail 80 desa yang ada di Sidrap. Mau menyamakan persepsi. Jangan sampai ada beda tafsir, apalagi misinterpretasi, tentang program cetak sawah dan oplah non rawa.”
Ia mengingatkan bahwa selama ini banyak keluhan yang beredar di kalangan petani, penyuluh, dan kepala desa.
Keluhan soal keterbatasan sumber daya, seperti tidak adanya air irigasi, alat pertanian modern, kompa (mesin pemipil padi), pupuk, dan berbagai kekurangan lain yang seolah jadi alasan kegagalan produksi.
“Sekarang semua sudah lengkap, semua kendala itu sudah terbenahi,” tegasnya. “Bukan lagi ‘nikmat apa lagi yang kamu dustakan,’ tapi ‘dusta mana lagi yang kamu nikmatkan?’ Sudah waktunya kita jujur dan kerja bersama.”
Tidak ada komentar