foto ilustrasi
London, Katasulsel.com — Pesawat itu seharusnya mengantarkan 242 jiwa menuju London. Tapi sayapnya patah sebelum sempat menembus langit Gujarat.
Air India AI171, Boeing 787 Dreamliner, jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad.
Rute internasional yang biasa, rencana perjalanan yang rutin, berubah menjadi malapetaka global pada Rabu siang, 11 Juni 2025. Pukul 13.38 waktu India, pesawat mengudara.
Tak sampai lima menit kemudian, komunikasi dengan menara kendali hilang. Laporan awal menyebut pesawat hanya bertahan di ketinggian 190 hingga 625 kaki sebelum jatuh menghantam kawasan padat penduduk di Meghani Nagar.
Tak ada yang sempat mengucap selamat tinggal. Ledakan menggetarkan tanah. Kepulan asap hitam menutupi langit Ahmedabad. Tubuh-tubuh hangus. Jeritan bercampur bau avtur terbakar.
Tim penyelamat berlarian di antara puing dan api. Dari 242 penumpang dan awak—termasuk 230 penumpang, 12 kru, serta 2 pilot—belum ada laporan resmi jumlah korban yang selamat.
Daftar manifes mengungkapkan keberagaman: 169 warga negara India, 53 dari Inggris, 7 Portugal, dan 1 dari Kanada. Satu penerbangan, delapan negara yang menangis bersamaan.
Pemerintah India langsung menetapkan status siaga nasional. Menteri Penerbangan dan Menteri Dalam Negeri turun langsung ke lokasi. Bandara ditutup sementara, penyelidikan diperintahkan, dan kotak hitam menjadi target pencarian utama.
Boeing 787 Dreamliner, pesawat canggih dengan efisiensi bahan bakar tinggi, kini kembali dipertanyakan. Apakah ini kesalahan teknis? Human error? Atau ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar sistem navigasi yang gagal?
Air India belum mengeluarkan pernyataan resmi panjang. Dunia masih menunggu: tentang penyebab, tentang siapa yang harus bertanggung jawab, dan tentang apakah insiden ini bisa dicegah—atau memang takdir yang datang lebih cepat dari rencana keberangkatan.
Dalam hitungan menit, mimpi menuju London berubah jadi kabar duka di Ahmedabad. Pesawat itu memang bernama Dreamliner. Tapi hari itu, mimpi tak sampai ke tujuannya.(*)
Editor: Edy I Author: Harianto
Tidak ada komentar