Camelia pun bersuara lantang:
“Kalau perlu, kami akan ke DPR. Ke Istana. Mengepung dengan jeritan kemanusiaan. Jangan tunggu darah tumpah.“
Dalam dunia hiburan, Camelia dikenal lewat suara indahnya. Kini, ia lantang membela warga. Ia tidak bicara soal panggung. Tapi tentang tanah. Tentang hak hidup.
Dan ini bukan tentang dia semata.
Ini tentang Indonesia. Tentang negara hukum yang—entah kenapa—masih bisa kalah oleh preman.
Camelia tak menggugat hukum. Ia menggugat keadilan.
Ia tidak menuding aparat. Tapi mengingatkan:
Kalau hukum tidak berpihak pada korban, maka ia hanya akan jadi dekorasi dalam naskah pidato.
Di sudut reruntuhan, seorang ibu duduk diam. Di pangkuannya, anaknya yang demam. Di depannya, ada Camelia. Duduk bersimpuh. Memandang mata si ibu. Menggenggam tangan yang lelah menggenggam hidup.
“Aku tidak akan pergi. Sampai kalian didengar,” katanya.
Bukan janji. Tapi tekad.
Kisah ini belum selesai.
Masih banyak malam yang harus dilalui warga tanpa rumah.
Masih banyak anak yang belum tahu apa itu trauma.
Tapi satu hal pasti: Camelia tak sendiri.
Ia berdiri di tengah tanah merah itu.
Dengan cinta. Dengan nyali. Dengan kemanusiaan.
Dan satu kalimat yang menancap di hati kami:
“Negara tidak boleh kalah oleh preman.” (*)
Editor: Edy Basri
Reporter: Wahyu Widodo
Media Portal Berita Berbadan Hukum
PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,
Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)
Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986
Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )
Tidak ada komentar