Sidrap, Katasulsel.com — Di Dusun Larumpu, Desa Bila Riawa, Selasa siang itu, sawah tak sekadar hijau. Sawah jadi panggung. Petani jadi tuan rumah. Dan seorang bupati hadir, bukan lagi dengan cangkul, tapi dengan mandat rakyat.
H. Syaharuddin Alrif. Orang Sidrap lebih suka memanggilnya Syahar. Dulu ia petani. Kini ia Bupati. Tapi gaya bicaranya tetap sama: lugas, tanpa basa-basi.
“Alhamdulillah, padi kita di Dua Pitue bagus sekali,” ujarnya. Suaranya keras. Penuh keyakinan. Ada sedikit catatan: sebagian kecil sawah kena wereng. Tapi selebihnya: panen kali ini melimpah.
Angkanya bahkan mengejutkan. Tahun lalu Sidrap menghasilkan 200 ribu ton. Tahun ini 303 ribu ton. Naik lebih dari 100 ribu ton.
Kuncinya? Ia menyebut tiga: pupuk lancar, irigasi terjamin, harga gabah dikendalikan.
Dan memang, Sidrap kini mencatat sejarah. Harga gabah di sini Rp6.800 per kilogram. Tertinggi se-Indonesia. Bahkan melewati harga acuan pemerintah: Rp6.500.
Tentu, angka itu tidak lahir tiba-tiba. Syahar punya cara. Ia mengawasi sendiri lewat rapat bulanan di rumah jabatan. Ia mewajibkan kelompok tani punya timbangan sendiri. Ia memastikan pembayaran tunai. “Agar tidak ada permainan pedagang,” katanya.
Bersambung,..
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar