
Ketapang, katasulsel.com – Suasana pagi yang seharusnya biasa di PLTU Sukabangun berubah menjadi duka.
Seorang pekerja, Adam Subarkah, dilaporkan meninggal dunia usai diduga jatuh dari ketinggian sekitar 12 meter.
Insiden ini terjadi pada Sabtu, 12 April 2025. Adam diketahui bekerja untuk perusahaan mitra, PT Mitra Karya Prima (MKP), yang terlibat dalam operasional pembangkit.
Kematian Adam menyisakan tanya. Terutama soal bagaimana prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di lokasi sepadat dan seberisiko area turbin.
Namun hingga lebih dari sepekan berlalu, belum ada pernyataan terbuka dari pihak operator utama, PT PLN Nusantara Power Services (NPS).
Keterlambatan respons publik ini diperparah oleh kabar soal terbatasnya akses media ke area kejadian. Beberapa sumber internal menyebut, dokumentasi dari pekerja pun tak diperkenankan.
Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa komunikasi krisis belum berjalan optimal—dan transparansi menjadi tuntutan mendesak.
Salah satu keluarga korban, Athar Rahman, mengaku baru mengetahui kabar kematian setelah prosesi pemakaman selesai.
Ia mengaku datang ke lokasi dalam kondisi informasi yang minim dan tidak konsisten. “Kami ke lokasi sekitar jam empat sore, tidak ada penjelasan resmi. Dokumentasi juga tidak diizinkan,” ujarnya.
Dari sisi penegakan hukum, pihak Kepolisian masih melakukan penyelidikan.
Kasat Reskrim Polres Ketapang, AKP Ryan Eka Cahya, menyampaikan bahwa proses masih dalam tahap pengumpulan informasi.
“Masih proses penyelidikan terhadap dugaan kecelakaan. Belum bisa disimpulkan,” kata Ryan saat dikonfirmasi, Minggu (20/4/2025).
Dalam konteks keselamatan kerja, tragedi ini menyentuh isu yang lebih dalam. Di industri berat seperti pembangkit listrik, ancaman kecelakaan kerap bersifat latent hazard—tersembunyi namun fatal.
Oleh karena itu, setiap insiden semestinya menjadi pintu masuk bagi evaluasi menyeluruh: audit internal, investigasi teknis, hingga rekonstruksi prosedur kerja.
Penting ditekankan, sistem K3 bukan sekadar formalitas. Ia adalah pagar nyawa. Ketika pagar itu rapuh, maka siapa pun bisa menjadi korban berikutnya.
Tinggalkan Balasan