Petani Sidrap Tidak Pulang-pulang, Motornya Terparkir di Tepi Irigasi
Sidrap , Katasulsel.com – Di tengah rutinitas petani yang tak pernah lelah, satu nama mendadak menghilang dari alur kehidupan desa. Ahmad Alimuddin (36), seorang petani dari Kelurahan Duampanua, Kecamatan Baranti, dilaporkan hilang setelah diduga hanyut di saluran irigasi tak jauh dari lahan sawahnya.
Kejadian memilukan ini terungkap pada Minggu malam (11/05/2025), sekitar pukul 19.09 WITA.
Warga mendadak diliputi kecemasan setelah motor milik korban ditemukan terparkir tanpa pengawasan di tepi saluran irigasi, dengan kunci yang masih tergantung.
Sebuah pemandangan yang tidak biasa, yang segera menumbuhkan firasat buruk di hati keluarga dan warga sekitar.
Menurut laporan dari Pusat Pengendalian Operasi (PUSDALOPS) BPBD Kabupaten Sidenreng Rappang, korban terakhir terlihat keluar rumah sekitar pukul 05.00 pagi, hendak membajak sawahnya sejauh dua kilometer dari rumah.
Kesehariannya sebagai petani memang membuat Ahmad akrab dengan kesunyian fajar, namun keganjilan mulai terasa saat dirinya tak terlihat kembali untuk salat dzuhur seperti biasanya.
Menjelang magrib, keluarga mulai resah. Ahmad tak kunjung kembali.
Penelusuran ke lokasi sawah menguak tanda-tanda mencemaskan: sepeda motornya diam tak bergeming di dekat irigasi, sementara seorang saksi sempat melihatnya mencuci kaki di tepi saluran air sekitar pukul 11 siang.

Hingga berita ini diturunkan, pencarian terus dilakukan oleh warga sekitar.
Malam, setelah salat isya, puluhan warga berbekal senter dan harapan, menyisir sepanjang saluran air. Namun Ahmad masih belum ditemukan. Situasi semakin gelap, baik secara harfiah maupun dalam hati keluarga.
BPBD Kabupaten Sidenreng Rappang telah melakukan peninjauan lapangan, berkoordinasi dengan aparat desa, dan mendokumentasikan temuan awal.
Pelaporan resmi telah disampaikan kepada pihak terkait, termasuk BNPB di Jakarta, BPBD Provinsi Sulawesi Selatan, hingga jajaran Forkopimda Kabupaten Sidrap.
Kejadian ini bukan hanya soal satu nyawa yang hilang; ini adalah alarm bagi kita semua akan pentingnya sistem peringatan dini dan pengamanan di area irigasi yang sering dilintasi petani.
Selain itu, kejadian ini kembali mengingatkan bahwa meski sederhana, kehidupan petani sarat risiko—baik dari alam maupun kelengahan manusia.
Ahmad Alimuddin bukan sekadar petani. Ia adalah bagian dari denyut desa, dari nadi kehidupan pertanian Sidenreng Rappang.
Dalam pencarian yang terus berlangsung ini, harapan masih menggantung. Semoga ada kabar, dan semoga kabar itu membawa jawaban.(*)