Kategori
Sidrap

Monumen di Sidrap Ini Pernah Bicara tentang Perlawanan, Kini Dibangkitkan oleh AMM

Sidrap, Katasulsel.com — Monumen Bambu Runcing di jantung kota Rappang, bukan sekadar tugu. Ia adalah saksi. Ia adalah cerita. Pagi tadi, Sabtu 12 April 2025, cerita itu kembali disentuh.

Dalam gerakan sederhana namun penuh makna, Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) turun tangan. Mereka tak datang membawa senjata.

Mereka datang dengan sapu, cangkul, dan semangat. IMM, IPM, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah bersatu dalam satu misi: membersihkan masa lalu, agar tetap bersinar di masa depan.

Aksi kerja bakti ini bukan sekadar rutinitas sosial. Ini simbol. Ini cara AMM bicara pada publik bahwa monumen bambu runcing tak boleh dibiarkan terabaikan.

“Monumen ini adalah simbol perlawanan daerah kita terhadap penjajahan Belanda. Ini pesan dari masa lalu yang terukir dalam patung,” tegas Rijal, Ketua IMM Sidrap, disela-sela aksi.

Ia bicara lantang, bukan untuk mencari perhatian, tapi untuk mengingatkan kita yang mulai lupa.

Di tengah era digital, ingatan kolektif kadang menguap. Padahal di monumen itu, ada darah, ada perjuangan, ada keberanian.

Di sinilah AMM ingin menegaskan ulang: bahwa sejarah tak boleh jadi sekadar latar belakang selfie atau tempat lalu-lalang. Ia harus dihidupkan. Dijaga. Dirawat.

“Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga nilai sejarah ini tetap utuh. Kami berharap, monumen bambu runcing ini bukan hanya dilewati, tapi disinggahi.

Menjadi ikon kota Rappang, bukan sekadar penanda jalan,” lanjut Rijal.

Monumen bukan benda mati. Ia bicara dalam diam. Lewat gerakan kecil seperti ini, AMM mencoba mendekatkannya lagi pada masyarakat. Membangun kembali hubungan emosional antara generasi muda dengan warisan sejarah daerah.

Sejarah itu penting. Tapi yang lebih penting adalah menjaganya tetap hidup.(*)