Soppeng — Peci Oman, sebuah inovasi dalam dunia fashion Muslim, kini menjadi tren yang sedang digandrungi oleh remaja Muslim di daerah Sidrap, Pinrang, Wajo, dan Soppeng. Meskipun memiliki akar yang kuat dalam nilai-nilai keagamaan, peci hitam ini juga merangkul unsur budaya dan menjadi benda “sakral” yang mengingatkan pada tokoh sejarah besar Indonesia, Bung Karno.

Menurut Yunos Rozan dalam “The Origin of the Songkok or ‘Kopiah’ (2007)”, peci bukanlah hal yang baru di Indonesia. Jejak penggunaannya telah tercatat dalam berbagai literatur sejarah, seiring dengan perjalanan panjang sejarah bangsa.

Di tengah pesatnya perkembangan ini, Toko Medina di Jalan Otista, Kota Bandung, menjadi saksi dari dinamika pasar yang menarik. Ilman, salah seorang pemilik toko, mengungkapkan bahwa peci kini telah mengalami transformasi signifikan dalam hal desain dan ragam ornamen.

Toko-toko peci mulai memperkenalkan terobosan dengan menambahkan ornamen-ornamen yang menyegarkan tampilan peci, sejalan dengan perubahan selera dan kebutuhan konsumen. Hal ini telah meningkatkan minat pembeli, terutama saat momen-momen penting seperti Ramadhan dan Idul Fitri.

Selain dari aspek desain, kualitas juga menjadi perhatian utama. Peci berkualitas terlihat dari kemampuannya memantulkan cahaya dengan sempurna dan memberikan kenyamanan saat dipakai. Ukuran yang beragam juga ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan berbagai bentuk kepala.

Tren ini tidak hanya membawa perkembangan signifikan dalam bisnis peci, tetapi juga memberikan peluang besar bagi para desainer untuk mengungkapkan kreativitas mereka. Dengan demikian, peci Oman bukan hanya menjadi simbol identitas keagamaan, tetapi juga sebuah pernyataan gaya yang mengikuti arus perkembangan zaman dalam budaya Muslim Indonesia.

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com