Produksi meningkat. Kesejahteraan petani naik. Bahkan, semangat bertani di kalangan generasi muda mulai kembali.
Anak-anak muda di desa melihat bahwa bertani bukan lagi pekerjaan kelas dua. Tapi profesi terhormat.
“Pak Syahar itu beda. Beliau tahu betul susahnya petani. Makanya, waktu jadi bupati, semua programnya nyambung langsung ke sawah,” kata Rahman, seorang petani di Kecamatan Watang Sidenreng.
Kini, walau masa jabatannya baru seumur jagung, jejak Syaharuddin telah melekat. Di setiap gemuruh mesin pompa. Di setiap bulir padi yang menguning. Di senyum para petani yang memanen dengan harapan.
Pertanian di Sidrap bukan lagi sekadar warisan nenek moyang. Tapi jalan masa depan. Dengan sentuhan ilmu pengetahuan.
Dengan keberanian kebijakan. Dan dengan ketulusan seorang anak petani yang kini dikenang sebagai pemimpin sejati. (*)