Sidrap, katasulsel.com — Di tengah derasnya arus modernisasi dan alih fungsi lahan, Sidrap justru melangkah ke arah sebaliknya.
Pertanian, khususnya padi, kembali naik kelas. Menjadi idola. Bukan sekadar komoditas, tapi identitas kolektif masyarakat.
Fenomena ini tak lepas dari kebijakan transformatif yang dimulai di era kepemimpinan Bupati H. Syaharuddin Arif. Anak petani yang tak lupa akar.
Pemimpin yang memahami bahwa lumbung pangan bukan sekadar slogan, tapi soal sistem yang bekerja.
Syaharuddin dikenal dekat dengan dunia sawah. Bukan basa-basi politik, tapi pengalaman hidup.
Julukannya sebagai “Anak Petani” bukan dibuat-buat, sebab ia tumbuh dalam suasana ladang, hidup dalam ritme musim tanam, dan paham betul bahasa lumpur.
Salah satu terobosannya yang kini mulai terasa manfaatnya adalah Program IP 300—Intensifikasi Pertanaman tiga kali panen setahun. Bukan hal mudah.
Bersambung…