Tidak banyak warga Sidrap yang mengetahui bapak ini. Padahal dia termasuk orang yang berjasa bagi masyarakat Bumi Nene Mallomo itu.

Laporan: Edy Basri

JASA-jasanya sangat besar untuk Kabupaten Sidrap. Khususnya di sektor pertanian.

Bapak ini bernama Haeruddin Sinae. Dia adalah seorang pensiunan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Baca Juga:Pertanian Sidrap

Haeruddin yang kini sudah menginjak usia 76 tahun ini, sesungguhnya bukan orang Sidrap. Meski demikian, ia sangat berjasa untuk Sidrap

Dalam suatu wawancara di kediaman keponakannya di Palopo, Minggu, 23 April 2023, ia mengaku seorang putra Luwu.

“Saya lahir di Luwu dan istri saya orang Pinrang. Meski saya bukan putra daerah Sidrap, tapi saya cukup lama bertugas di sana mengurus air,” tutur Haeruddin.

Dia pun bercerita, kala itu, Sidrap masih dipimpin Bupati Opu Sidik tahun 1985, ia dipercaya sebagai Kepala Daerah Irigasi Saddang Selatan
Wilayah 7.

“Dulu itu di Sidrap, ada namanya Kepala Daerah Irigasi Saddang Selatan Wilayah 6 dan 7. Nah, saya di wilayah 7 meliputi Daerah Irigasi Saddang, Daerah Irigasi Saddang Alakaraja, Daerah Irigasi Saddang Wette’e, Daerah Irigasi Saddang Bangkai, dan Daerah Irigasi Saddang Bilokka,” tutur pria yang sudah berkacamata itu.

Haeruddin bertutur, kurang lebih 12 tahun lamanya ia mengabdikan diri sebagai ‘pengatur air’ irigasi di Sidrap.

“Kantor saya dulu itu di Amparita dekat Kantor Polsek Tellu Limpoe. Saya kira sekarang ini kantor itu masih ada dan masih difungsikan,” akunya

Salah satu yang masih diingat jelas oleh Haeruddin adalah saat dirinya diberi amanah untuk mengoperasikan jaringan irigasi saddang untuk pertama kalinya di Sidrap.

“Itu berlangsung tahun 1975 atau sekira 48 tahun yang lalu. Jelas waktu itu saya masih produktif dan ada banyak anak buah saya di pengairan, salah satu staf saya di Amparita bernama Mufid,” kenangnya

Disebutnya, Bupati yang menjabat kala jaringan irigasi saddang pertama kali dioperasikan di Sidrap itu bernama Arifin Nu’mang.

“Bapak Arifin Nu’mang Bupati Sidrap kala itu. Bahkan bapak Arifin Nu’mang itulah yang menggagas pertama kali kemajuan pertanian di Sidrap itu,” sebutnya

Satu hal penting yang diungkap Haeruddin bahwa sebelum jaringan irigasi saddang 6 dan 7 difungsikan, petani padi di Sidrap hanya mengandalkan hujan.

“Istilahnya sawah tada hujan. Maksudnya, nanti ada hujan turun barulah petani turun menggarap sawah,” ujarnya

Otomatis, sebutnya lagi, Sidrap kala itu dilanda krisis air. terutama air bersih.

Karena itulah, ketus Haeruddin, Bupati kala itu, yakni Arifin Nu’mang mengundang peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Anda mau tahu apa yang akan ditelitinya? Orang ITB yang diundang Pak Airifn Nu’mang itu tidak lain untuk menyurvei sumur bor pertama di Sidrap,” ujarnya.

Nah, sebut Haeruddin, sumur bor itulah yang kemudian coba dimanfaatkan masyarakat, termasuk sebagian petani-petani Sidrap untuk membantu mengaliri air di sawahnya.

Bukan cuma itu, menurut Haeruddin lagi, petani Sidrap kala itu, hanya mengandalkan bibit lokal yang ditanamnya di sawah.

“Dulu itu cuma ada bibit lokal saja, barulah beberpa tahun kemudian baru mengenal benih varitas unggul lalu ditanamnya,” akunya

Kini, Haeruddin sudah menikmati masa pensiunnya. Haeruddin sendiri pensiun dari tugasnya pada 2003 atau sekitar 20 tahun yang silam (*)

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com