
Sidrap, katasulsel.com — Dalam percaturan akademik global yang kian kompetitif, nama Sandi Lubis, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang), menorehkan tinta emas. Ia berhasil menerbitkan artikel ilmiah berjudul “Synergizing AI and Blockchain: A Bibliometric Analysis of Their Potential for Transforming E-Governance in Smart Cities” di jurnal internasional bereputasi tinggi Frontiers in Sustainable Cities, yang bertengger megah di kuartil Q1 bidang Urban Studies dan terindeks Scopus — metrik prestisius dalam ekosistem riset dunia.
🔗 Akses artikel di sini: Frontiers in Sustainable Cities
Meneroka Sinergi Dua Teknologi Revolusioner
Artikel Sandi menyoroti fusi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan blockchain dalam mengakselerasi kualitas tata kelola elektronik (e-governance) di era kota pintar (smart cities). Mengadopsi pendekatan bibliometrik — sebuah teknik analisis kuantitatif terhadap metadata publikasi — Sandi memetakan lanskap riset global dalam rentang 2019–2024, mengidentifikasi klaster penelitian dominan, institusi pionir, hingga mendeteksi lacunae atau celah riset yang masih belum terjamah.
Temuan pentingnya menegaskan bahwa walaupun AI dan blockchain berkembang pesat sebagai entitas mandiri dalam domain e-governance, penerapan hibrida keduanya dalam praktik nyata masih langka dan memerlukan dorongan riset lebih lanjut. Sebuah seruan intelektual untuk komunitas ilmiah global agar melangkah lebih jauh dari sekadar konsep ke realisasi integratif.
Jejak Tekad: Dari Penolakan Menjadi Lompatan Prestasi
Perjalanan akademik Sandi tidak dihiasi jalan mulus. Berulangkali ia harus menelan pil pahit berupa desk rejection dan reviewer critique dari berbagai jurnal terkemuka. Namun, alih-alih menyerah, setiap kegagalan dijadikannya constructive feedback untuk mengasah ketajaman analisis dan memperkuat narasi akademiknya.
“Saya telah menerima beberapa kali penolakan dan tidak menyerah sampai berhasil menembus jurnal Q1 Scopus,” ungkap Sandi, Senin, 28 April 2025
Tahun ini, ia menargetkan empat publikasi tambahan — dua di antaranya tengah dalam proses peer review di jurnal bergengsi terbitan Springer Nature (Q1) seperti Humanities and Social Sciences Communications dan Discover Applied Sciences, serta satu di Cogent Social Sciences (Taylor & Francis, Q2), seluruhnya dengan akses terbuka (open access) — memperluas jangkauan visibilitas ilmiahnya.
Dalam kurun 1,5 tahun terakhir, Sandi telah mengoleksi enam dokumen terindeks Scopus, suatu capaian impresif bagi akademisi muda dalam program doktoralnya.
Simbiosis Bimbingan dan Dedikasi
Artikel ini lahir dari interaksi intensif antara Sandi dan tim promotornya, yang merupakan figur-figur terkemuka di bidang e-governance dan ilmu politik:
Prof. Achmad Nurmandi (Rektor UMY)
Prof. Jamaluddin Ahmad (Rektor UMS Rappang)
Prof. Eko Ganis (Direktur E-Governance and Sustainability Institute)
Prof. Titin Purwaningsih (Guru Besar Ilmu Politik)
Prof. Hazel Jovita (Mindanao State University, Filipina)
Mereka bukan hanya bertindak sebagai pembimbing, melainkan juga sebagai catalyst yang mendorong Sandi menembus batasan akademik lokal menuju pentas global.
Harapan untuk Masa Depan Akademik UMS Rappang
Mewakili civitas akademika, Prof. Jamaluddin Ahmad menyampaikan apresiasinya:
“Kami sangat bangga atas keberhasilan Sandi Lubis menembus jurnal internasional bereputasi. Ini membuktikan dosen UMS Rappang mampu bersaing di tingkat global. Semangat, konsistensi, dan ketekunan beliau harus menjadi virus positif yang menular ke seluruh dosen lainnya.”
Lebih jauh, Prof. Jamaluddin menegaskan tekad untuk menjadikan UMS Rappang sebagai center of excellence dalam riset, tidak hanya di skala nasional, tetapi juga internasional.
Sandi Lubis: Manifestasi Spirit Akademik Abad ke-21
Apa yang ditorehkan Sandi Lubis bukan sekadar statistik atau portofolio akademik semata, melainkan sebuah testimoni bahwa ketekunan (perseverance), keuletan (resilience), dan pembelajaran berkelanjutan (lifelong learning) adalah kunci untuk menembus batas geografis dan epistemik dunia ilmu pengetahuan.
Di tengah derasnya gelombang perubahan, Sandi membuktikan bahwa akademisi muda Indonesia mampu bukan hanya menjadi pengikut arus, melainkan penggerak utama dalam membentuk wajah peradaban berbasis inovasi dan kolaborasi teknologi. (*)
Tinggalkan Balasan