Example 650x100

Kendari, katasulsel.com Kota ini tak sekadar merayakan usia. Tapi menyiapkan fondasi ekonomi baru: ekonomi kerakyatan yang resilien.

Ekspo Industri Kecil Menengah (IKM) 2025 jadi buktinya. Momentum ulang tahun ke-194 dimanfaatkan Pemerintah Kota Kendari untuk meluncurkan intervensi nyata bagi sektor UMKM.

Bukan seremoni. Ini strategi.

Wali Kota Siska Karina Imran membuka ekspo dengan pesan kuat: UMKM bukan pelengkap pembangunan. Tapi katalis pertumbuhan inklusif. Kolaborasi lintas aktor, katanya, adalah kunci. Pemerintah. Pelaku usaha. Akademisi. Semua harus satu nadi.


“UMKM adalah instrumen desentralisasi ekonomi. Di sinilah letak keadilan distributif,” tegasnya.

Modal Inklusif, Tanpa Agunan

Langkah konkret datang dalam bentuk bantuan modal usaha untuk 194 pelaku UMKM—angka simbolis sesuai usia Kendari. Nilainya: Rp 5 juta. Skema lunak. Tanpa bunga. Tanpa jaminan. Sistem pengembalian fleksibel: progresif 12 bulan.

Ini bukan CSR. Ini financial empowerment. Pendekatannya: financial inclusion dan soft-lending mechanism.

“Kami dorong redistribusi modal berbasis kepercayaan sosial. Ini bukan pinjaman, tapi investasi pada ketahanan komunitas,” ujar salah satu pejabat teknis.

Bukan Pesta, Tapi Perubahan Struktural

Tema besar “Kendari Berdaya Saing, Adil, Sejahtera dan Semakin Maju” bukan jargon. Tapi dokumen niat. Ekspo IKM bukan etalase, tapi laboratorium sosial-ekonomi. Di dalamnya: transaksi, edukasi keuangan, inkubasi bisnis, hingga branding produk lokal.

Siska menutup pidato dengan ajakan untuk membentuk kesadaran kolektif:

“Kita butuh collective consciousness. UMKM adalah pilar transisi ekonomi. Dari konsumtif ke produktif. Dari transaksional ke transformasional.”

Ekspo IKM, Lonceng Baru Perekonomian Kendari

Tak lagi bicara pertumbuhan dalam angka. Tapi ketahanan sosial-ekonomi. Kendari menulis ulang narasi pembangunan: dari bawah, untuk semua, dan oleh semua.(usman/*)