
Ada pepatah lama yang mengatakan, “Setiap daun punya cerita.” Tapi kali ini, bukan hanya daun, melainkan buah, akar, hingga jeruk purut yang bersama-sama menciptakan kisah baru.
Oleh: Edy Basri
KISAH itu bernama Teh Mochy. Dan dua mahasiswi Universitas Muhammadiyah Bulukumba, Dhiya Lailatul Islami dan Astria Amanda, adalah penulisnya.
Di Semarang, awal Februari 2025, keduanya mencatatkan tinta emas di ajang Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF). Medali emas mereka bawa pulang.
Tak hanya itu, gelar IYSA Grand Prize juga mereka kantongi. Sebuah penghargaan bergengsi yang menempatkan mereka di deretan inovator muda berbakat dunia.
Teh Mochy. Nama sederhana untuk sebuah inovasi besar. Produk ini berbasis Morinda Citrifolia atau yang kita kenal sebagai mengkudu.
Ditambah Stevia Rebaudiana sebagai pemanis alami dan Citrus Hystrix alias jeruk purut untuk sentuhan kesegaran.
Kombinasi ini dirancang sebagai agen anti-inflamasi alami, khusus untuk mencegah penyakit liver.
Penyakit liver bukan hal sepele. Gaya hidup modern yang sering kali abai pada kesehatan membuat organ vital ini rentan.
Data WHO mencatat, 70-80% populasi dunia kini bergantung pada obat herbal sebagai alternatif pengobatan.
Tapi, herbal sering kali identik dengan rasa pahit dan cara konsumsi yang ribet. Teh Mochy hadir untuk mengubah paradigma itu.
“Kami ingin produk herbal yang tidak hanya berkhasiat, tapi juga nyaman dikonsumsi oleh semua kalangan,” ujar Dhiya dengan mata berbinar.
Teh Mochy dikemas praktis dalam kantong teh modern. Bebas gula, aman bagi penderita diabetes. Rasanya? Jauh dari pahit. Sebuah inovasi yang memadukan tradisi dan teknologi.
Keberhasilan di AISEEF 2025 tak hanya soal penghargaan. Ini adalah pintu menuju masa depan.
Bersambung…
Teh Mochy berpeluang besar untuk diproduksi massal. Tim UMB berharap bisa menggandeng industri kesehatan dan farmasi agar produk ini menjangkau pasar nasional hingga internasional.
“Kemenangan ini bukan sekadar trofi,” tambah Astria. “Kami ingin memberikan solusi nyata bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan hati secara alami dan praktis.”
AISEEF sendiri adalah ajang internasional yang mempertemukan inovator dari berbagai negara—dari Maroko hingga Brasil. Kompetisi ini menjadi arena unjuk gigi bagi ide-ide segar di bidang sains, lingkungan, dan kewirausahaan.
Di balik semua itu, ada pesan kuat yang ingin disampaikan oleh Dhiya dan Astria: bahwa inovasi tidak harus lahir dari laboratorium besar di kota metropolitan. Bahkan dari kampus kecil di Bulukumba pun, dunia bisa dibuat terpana.
Dan kini, Teh Mochy bukan lagi sekadar teh herbal. Ia adalah simbol harapan. Harapan bahwa alam punya jawabannya sendiri untuk setiap masalah manusia—asal kita mau mendengarkan cerita di balik setiap daun, buah, dan akar.