
Sidrap, Katasulsel.com – Angin segar yang diharapkan berubah menjadi badai kekecewaan.
Proyek dana hibah dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) senilai Rp9 miliar untuk Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, kini diselimuti kabut ketidakjelasan.
CV Sufri Sehati, yang dipercaya untuk menggarap proyek ini, justru merasa seperti terjebak dalam labirin tanpa pintu keluar.
Sufri, Direktur CV Sufri Sehati, mengaku telah menyetorkan dana Rp665 juta kepada seseorang bernama Rizaly.
Uang itu dikirim dalam tiga tahap, dengan harapan proyek segera berjalan. Namun, hingga kini, yang diterima hanya janji-janji kosong.

“Bukti transfernya ada. Saya kirim ke Rizaly. Tapi sampai sekarang, tidak ada perkembangan,” ujar Sufri dengan nada kecewa, Senin, 10 Februari 2025.
Kisah ini bermula pada September 2024. Rizaly, yang disebut sebagai pengurus proyek, diperkenalkan kepada Sufri oleh dua rekannya, A. Patahangi dan Zul.
Pertemuan itu berlangsung di rumah dinas Penjabat (Pj) Bupati Sidrap, H Basrah.
Ke halaman 2..
Di sana, Rizaly membawa data dari pusat dan menyodorkan sebuah peluang besar: proyek hibah Rp9 miliar dari Kemenkes.
Seperti sebuah film yang alurnya terlalu cepat, pertemuan itu berlanjut dengan pemanggilan Kepala Dinas Kesehatan (Kadis) Sidrap, Mahmuddin.
Diskusi singkat berlangsung, kesepakatan dibuat, dan rombongan yang terdiri dari Pj Bupati, Kadis Kesehatan, Sufri, A. Patahangi, serta beberapa pihak lainnya langsung terbang ke Jakarta untuk mengurus administrasi.
Namun, seperti pepatah lama: “Jangan percaya semua yang terlihat indah di awal.” Apa yang terjadi di Jakarta justru menjadi awal dari teka-teki panjang.
Di ibu kota, rombongan bertemu dengan beberapa nama yang disebut sebagai “pengurus proyek.”
Emanuel dan Yunus adalah dua di antaranya. Setelah menunggu beberapa hari, dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) akhirnya keluar dan diserahkan kepada Kadis Kesehatan Sidrap.
Emanuel dan Yunus menjanjikan bahwa Surat Perintah Membayar (SPM) akan diterbitkan dalam tiga hari.
Tiga hari berlalu. Tiga minggu berlalu. Tiga bulan berlalu. Tapi SPM itu tak pernah datang.
Setiap kali Sufri mencoba menghubungi Emanuel atau Rizaly, jawabannya selalu sama: “Tunggu dulu. Masih dalam proses.”
Sufri merasa seperti menunggu hujan di musim kemarau—sebuah penantian yang hanya meninggalkan rasa haus dan kecewa.
Proyek ini kini mulai dipertanyakan banyak pihak. Apakah benar ada dana hibah Rp9 miliar itu? Atau ini hanya sebuah ilusi yang diciptakan oleh oknum-oknum tertentu?
Sufri mengaku sudah habis kesabaran.
Ke halaman 3..
“Saya sudah keluarkan uang besar untuk sesuatu yang sampai sekarang tidak jelas arahnya. Kalau memang proyek ini tidak ada, kenapa dari awal mereka buat seolah-olah nyata?” ungkapnya dengan nada geram.
Sementara itu, pihak-pihak yang disebut-sebut terlibat dalam proyek ini—termasuk Rizaly, Emanuel, dan Yunus—belum memberikan klarifikasi resmi.
Pj Bupati Sidrap dan Kadis Kesehatan juga belum memberikan pernyataan terkait dugaan ini.
Jika ditarik benang merahnya, kasus ini mengingatkan kita pada banyak skandal serupa di masa lalu: janji proyek besar dengan iming-iming keuntungan fantastis, tetapi berakhir dengan uang yang hilang tanpa jejak.
Pertanyaannya kini adalah: siapa sebenarnya yang bermain di balik layar?
Uang Rp665 juta yang disetorkan oleh Sufri hanya bagian kecil dari total dana Rp9 miliar yang dijanjikan.
Jika benar ini adalah proyek fiktif, maka ada dugaan bahwa ini bukan sekadar kesalahan administrasi biasa—tapi sebuah skema sistematis untuk meraup keuntungan pribadi.
Bagi Sufri, harapan untuk mendapatkan kembali uangnya semakin tipis. Namun, ia tetap berharap ada keadilan.
“Saya hanya ingin kejelasan. Kalau memang proyek ini tidak ada, saya ingin uang saya kembali,” ujarnya.
Sementara itu, publik Sidrap mulai mempertanyakan integritas para pejabat yang terlibat dalam kasus ini. Apakah mereka benar-benar tidak tahu-menahu soal dugaan fiktifnya proyek ini? Atau ada sesuatu yang sengaja ditutupi?
Ke halaman 4..
Layaknya sebuah novel detektif tanpa halaman terakhir, kasus ini masih penuh misteri.
Yang pasti, uang telah berpindah tangan, janji telah dilontarkan, tetapi hasilnya nihil.
Apakah ini akan menjadi babak baru dalam daftar panjang kasus korupsi di Indonesia? Atau justru akan berakhir seperti banyak kasus lain—hilang begitu saja tanpa jejak?
Waktu akan menjawabnya. Tapi bagi Sufri dan masyarakat Sidrap, keadilan adalah sesuatu yang tidak bisa terus ditunda-tunda.
Sebab janji yang tak ditepati adalah bentuk lain dari pengkhianatan—dan pengkhianatan itulah yang kini mereka rasakan.(*)
- Administrasi Proyek
- Akuntabilitas
- CV Sufri Sehati
- Dana Hibah
- DIPA
- Dugaan Penipuan
- Emanuel
- Hibah Rp9 Miliar
- Integritas Pejabat
- Investigasi Proyek
- Jakarta
- Janji Kosong
- Kadis Kesehatan Sidrap
- Kecewa
- Kejelasan Proyek
- Kemenkes
- Keuangan
- kini diselimuti kabut ketidakjelasan.
- Korupsi
- Patahangi
- Pemantauan Proyek
- Pengkhianatan Publik.
- Pengurus Proyek
- Penipuan
- Pj Bupati Sidrap
- Proyek dana hibah dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) senilai Rp9 miliar untuk Kabupaten Sidrap
- proyek fiktif
- Proyek Kesehatan
- Proyek Tertunda
- Rizaly
- Sidrap
- Sidrap Miskin Kejelasan
- Skandal Proyek
- Skema Sistematis
- SPM
- Sulawesi Selatan
- Transparansi
- Uang Hilang
- Yunus
- Zul