
Konawe, Katasulsel.com — Maret 2025 memberi warna baru dalam dinamika ekonomi Kabupaten Konawe. Kali ini, bukan harga beras atau ongkos angkutan yang jadi biang kerok. Melainkan lonjakan konsumsi pada sektor yang kerap terabaikan dalam diskursus ekonomi publik: perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kelompok ini menyumbang 0,71% inflasi terhadap total kenaikan harga di Konawe bulan lalu. Angka itu cukup mencolok, mengingat bulan sebelumnya sektor ini hanya berkontribusi 0,2%.
Kenaikan tersebut menempatkan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebagai penyumbang inflasi terbesar ketiga di Konawe—mengalahkan beberapa sektor konvensional seperti pendidikan dan komunikasi.
Lebih dalam, Indeks Harga Konsumen (IHK) sektor ini meningkat dari 108,55 di Februari menjadi 109,32 pada Maret 2025. Jika ditarik ke belakang, angka ini naik 2,44% dibanding Maret 2024 (year-on-year/yoy) dan tumbuh 0,91% dari awal tahun (year-to-date/ytd).
Apa yang dimaksud kelompok ini?
Perawatan pribadi bukan sekadar sabun dan sampo. Di dalamnya termasuk perawatan kecantikan, jasa kebersihan, penataan rambut, spa, hingga jasa pengantin. Sementara subkategori perawatan pribadi lainnya bahkan naik lebih tajam, yakni 1,23%. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat mulai menaruh perhatian besar terhadap penampilan dan kenyamanan hidup.
Ada pergeseran pola konsumsi. Penduduk mulai berinvestasi pada diri. Mereka menyentuh ranah gaya hidup, bukan sekadar kebutuhan pokok. Di sisi lain, ini juga memberi sinyal bahwa tingkat pendapatan dan kesadaran atas kualitas hidup ikut bertumbuh.
Secara nasional, Konawe belum masuk zona merah. Posisinya masih di urutan ke-102 dari 150 kabupaten/kota untuk kategori ini. Namun lonjakan ini tetap patut dicatat sebagai pergeseran psikologis konsumsi.
Konsumtif atau adaptif?
Kenaikan harga pada sektor ini bisa dibaca dalam dua sisi. Di satu sisi, ia menggambarkan peningkatan permintaan—cermin dari daya beli dan perubahan gaya hidup. Tapi di sisi lain, ini bisa menjadi alarm jika inflasi terus merambat tanpa kontrol.
Apalagi, saat inflasi umum nasional justru tercatat melandai. Pada September 2024 misalnya, terjadi deflasi -0,12% secara bulanan (month to month/m-to-m). Namun secara tahunan (yoy) masih mencatat pertumbuhan 1,08% dan mengalami penurunan signifikan sebesar 8,4% dibanding November 2023.
Apa artinya bagi Konawe?
Bahwa daerah ini sedang berubah. Masyarakat mulai bergeser. Dari kebutuhan dasar menuju kebutuhan sekunder. Dari harga pangan ke harga parfum. Dari belanja pokok ke belanja citra.
Angka mungkin terlihat kecil. Tapi dalam ekonomi, angka tak pernah berdusta. Mereka menyimpan kisah. Dan kisah Konawe saat ini adalah kisah tentang perubahan gaya hidup yang mulai terukur dalam data.
Ekonomi memang bisa tumbuh dari kilau lipstik dan aroma sabun wangi.
Tinggalkan Balasan