Sidrap, katasulsel.com — Di tengah keprihatinan pasca banjir yang menghantam wilayah Sidrap, sebuah kisah mengharukan muncul dari SMPN 4 Pitu Riawa. Kepala sekolah, Muh Irpan, S.Pd, bersama dengan staf dan siswa, menghadapi tantangan besar setelah banjir merendam wilayah mereka, termasuk sekolah tersebut.

Dampak banjir bukan hanya memengaruhi akses siswa untuk menghadiri sekolah, tetapi juga mengganggu perjalanan para guru.

Jembatan penghubung yang putus membuat para pendidik harus menempuh perjalanan memutar dan berliku, melewati Desa Bola Bulu dan melintasi jembatan gantung yang rawan. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar 45 menit untuk mencapai tenda darurat yang didirikan sebagai pengganti sekolah yang tergenang banjir.

“Saya melihat keberanian anak-anak ini untuk tetap ingin belajar meskipun dalam kondisi sulit seperti ini sungguh membanggakan,” ujar Muh Irpan, kepala SMPN 4 Pitu Riawa, Senin, 6 Mei 2024

Tidak hanya anak-anak yang berdiam di Kecamatan Pitu Riawa yang terdampak, tetapi juga anak-anak dari Kecamatan Pitu Riase. Meskipun harus menempuh perjalanan yang lebih jauh, para siswa tetap semangat untuk belajar di tengah situasi sulit.

Sementara itu, data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidrap mencatat bahwa dampak banjir meluas hingga ke 11 kecamatan, dengan tiga di antaranya mengalami kerusakan cukup parah, yaitu Kecamatan Pitu Riawa, Pitu Riase, dan Dua Pitue.

Bersambung..

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com