Example 650x100

Makassar — Telur ayam asal Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) kini mendominasi etalase pasar-pasar di Makassar. Fenomena ini bukan sekadar urusan niaga biasa, melainkan cerminan efisiensi rantai pasok dan surplus produksi di sentra peternakan unggas terbesar Sulawesi Selatan itu.

Produksi harian mencapai 60 ton, dengan beberapa unit usaha mampu menghasilkan 1 juta butir per hari. Secara tahunan, data mencatat produksi telur ayam ras mencapai 75.793 ton, jauh melampaui kebutuhan konsumsi lokal yang hanya 70.472 ton. Artinya: surplus 5.321 ton.

Dalam teori ekonomi mikro, surplus mendorong distribusi lintas wilayah. Pasar Makassar menjadi target utama karena elastisitas permintaan tinggi dan daya beli konsumen stabil. Dari sisi pelaku, margin keuntungan di Makassar lebih menjanjikan dibanding pasar lokal.

“Harga lebih bersaing, permintaan stabil. Transportasi pun mudah. Makassar jadi magnet distribusi,” ujar Andung, salah satu peternak Sidrap, Minggu, 4 Mei 2025.

Telur Sidrap tak hanya menyasar pasar provinsi. Distribusi interregional telah mencakup Kalimantan, NTT, Maluku, hingga Papua. Bahkan, beberapa pelaku usaha mulai membuka akses ekspor terbatas dengan dukungan teknologi mekanisasi dan kontrol mutu yang lebih ketat.


Sidrap, Pilar Agribisnis Baru

Kekuatan sektor peternakan ini berpotensi menjadi kontributor utama PDRB daerah. Dengan terus memperbaiki logistik dan strategi perdagangan, Sidrap berpeluang naik kelas: dari sentra regional menjadi hub agribisnis nasional.(*)