banner 650x65

Rekan saya sering bertanya, bagaimana menghasilkan karya tulis feature yang kuat. Saya jawab, menulislah dengan cinta

Laporan: Edy Basri

MEMANG tidak gampang. Butuh proses. Tapi yakinlah, setiap jurnalis pasti bisa “menulis dengan cinta”.

Menulis dengan cinta, berarti menulis dengan perasaan cinta yang kuat dan emosional, sehingga karya tulis tersebut dapat menyentuh hati pembaca.

Itu yang kerap diabaikan oleh banyak jurnalis. Padahal, mereka ingin sekali karya tulisan feature-nya terasa kuat

Puluhan tahun menjadi jurnalis, saya cuma menerapkan itu. Pemimpin redaksi dan redaktur-redaktur saya dulu sering menugaskan saya membuat berita feature atau tulisan khas.

Setahu saya, cinta dapat muncul dari berbagai sumber, seperti perasaan cinta pribadi, cinta pada keluarga, teman, atau bahkan cinta pada sesuatu yang lebih besar seperti kemanusiaan atau alam.

Dengan menulis dengan cinta, seseorang dapat menyampaikan pesan yang kuat dan emosional kepada pembaca. Itu pasti.

Menulis dengan cinta, juga dapat membuat karya tulis terasa lebih hidup dan nyata bagi pembaca. Saat itulah penulis bisa tersenyum, yang membaca juga puas.

Cinta dapat memberi warna dan emosi yang kuat pada karakter, setting, dan plot, sehingga membuat pembaca lebih terlibat dan merasa terhubung dengan kisah yang diceritakan.

Selain itu, menulis dengan cinta juga dapat membuat karya tulis terasa lebih personal dan pribadi bagi penulis, yang dapat memberikan kesan yang lebih kuat pada pembaca.

Namun, perlu diingat bahwa menulis dengan cinta tidak selalu berarti menulis sesuatu yang romantis atau mengandung unsur-unsur cinta yang klise.

Cinta dapat muncul dalam berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang lebih luas seperti kebahagiaan, persahabatan, atau kemanusiaan.

Secara keseluruhan, menulis dengan cinta adalah cara untuk menyampaikan pesan yang kuat dan emosional melalui karya tulis, yang dapat membuat pembaca merasa terhubung dan terinspirasi oleh kisah yang diceritakan.

Kembali lagi, memang tidak mudah membuat tulisan yang humanis. Tapi itu tidak berlaku bagi featureis-featureis hebat seperti Dahlan Iskan atau Ahmad Fuadi 

Ahmad Fuadi ini adalah seorang penulis novel yang keren menurut saya, karya terbaiknya yang pernah saya baca berjudul ‘Best seller trilogi Negeri 5 Menara,’. Bagiku, beliau salah satu mantan wartawan Tempo yang keren di eranya

Kita sebenarnya juga bisa menulis seperti Dahlan Iskan atau melukis cerita seperti Ahmad Fuadi. Rumusnya, itu tadi, menulis dengan cinta.

Almarhumah Ibuku juga pernah berpesan, nak, kamu harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melakukan apa pun. Siapa yang hidup? Dia yang dilahirkan oleh cinta.

Menulis dengan sudut pandang yang humanis dan menyampaikan pesan yang bermakna secara emosional tidak mudah. Hal ini karena menulis dengan cinta memerlukan keterlibatan emosional yang kuat dari penulis, sehingga mengharuskannya untuk mengeksplorasi perasaan dan pikirannya sendiri.

Selain itu, untuk menyampaikan pesan yang humanis dan emosional, penulis juga harus memahami dan mengenal audiens yang akan membacanya. Mereka harus dapat merasakan dan memahami perasaan pembaca, sehingga dapat menyampaikan pesan yang tepat dan dapat diterima dengan baik.

Penulis juga harus dapat menyampaikan pesan dengan cara yang efektif dan kreatif, sehingga karya tulis dapat menyentuh hati pembaca dan membuat mereka merasa terinspirasi. Ini memerlukan keterampilan menulis yang baik dan kreativitas dalam mengekspresikan ide.

Namun, jangan kuatir, dengan latihan dan pengalaman, seseorang dapat belajar untuk menulis dengan cinta dan menyampaikan pesan yang humanis dan emosional melalui karya tulis mereka.

Selain itu, untuk menulis dengan cinta dan menyampaikan pesan humanis, penulis juga harus memperhatikan beberapa hal lain seperti:

Menjaga konsistensi emosional: Penulis harus dapat menjaga konsistensi emosi dari awal hingga akhir karya tulis mereka.

Menciptakan karakter yang relatable: Penulis harus dapat menciptakan karakter yang dapat dikaitkan dengan pembaca, sehingga dapat menyentuh perasaan mereka.

Menyajikan setting yang nyata: Penulis harus dapat menggambarkan setting yang nyata dan dapat diterima oleh pembaca, sehingga dapat membuat karya tulis terasa lebih hidup dan nyata.

Menyampaikan pesan yang jelas: Penulis harus dapat menyampaikan pesan yang jelas dan bermakna dari karya tulis mereka, sehingga dapat menyentuh hati pembaca dan membuat mereka merasa terinspirasi.

Penulis juga dapat mengevaluasi dan meningkatkan karya tulis mereka dengan mendapatkan umpan balik dari orang lain, seperti teman atau pembaca, atau dengan mengevaluasi karya tulis mereka sendiri.

Ingatlah bahwa menulis dengan cinta dan menyampaikan pesan yang humanis adalah proses yang terus berkembang dan selalu dapat diperbaiki. Dengan latihan, keterampilan, dan kesabaran, seseorang dapat belajar untuk menulis dengan cinta dan menyampaikan pesan yang humanis dan bermakna melalui karya tulis mereka. (*)

banner 650x650